Asuransi Padi Tak Diminati, Petani Kudus Terancam Merana Jika Gagal Panen

Ancaman gagal panen ancam ratusan lahan pertanian di Kudus.
Sumber :
  • Arif/Viva Jogja

KUDUS, VIVA Jogja- Ancaman gagal panen atau puso kini mengancam ratusan lahan pertanian milik petani di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. 

Parahnya lagi, dari 717 hektare sawah yang terendam banjir yang terjadi dalam dua pekan ini, sebagian besar ternyata tidak diikutkan program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). 

Tentu saja dengan kondisi itu, ratusan petani yang sawahnya kebanjiran bakal merana dan merugi. 

Kalangan petani di Kota Kretek, tampaknya banyak yang tak berminat untuk ikut program asuransi tersebut. 

Padahal dalam AUTP itu, petani yang ikut asuransi disubsdi dari APBN dan APBD Provinsi jawa Tengah.  

Kepala Bidang Kabid Tanaman Pangan dan Perkebunan Dispertan Kudus, Agus Setyawan mengatakan,  kawasan lahan tanaman padi di Kudus berada di lokasi yang rawan bencana alam. 

Karena itu, pihaknya kerap menawarkan petani untuk mengikuti asuransi tanaman padi melalui program AUTP.

Menurut Agus, Program AUTP bertujuan memberikan jaminan atas lahan garapan petani ketika dilanda banjir atau serangan hama.

Untuk besaran biaya premi yang dibayarkan petani jika ikut AUTP sebesar Rp180 ribu per hektare per musim tanam. 

“Biaya premi yang harus dibayarkan petani lebih ringan, karena disubsidi oleh pemerintah. Dari sebanyak 717 hektare areal persawahan yang tergenang banjir, tidak semua mengikuti program AUTP,” ujar Agus yang dikonfirmasi wartawan.

Dipertan Kudus mencatat sebanyak 717 hektare tanaman padi yang di tiga kecamatan tergenang banjir. 

Ketinggian banjir pun bervariasi seiring meluapnya sejumlah sungai. 

Tentu saja Jika genangan banjir tak kunjung surut, maka tanaman padi terancam puso alias gagal panen.

“Lahan tanaman padi yang paling banyak tergenang banjir berada di Kecamatan Kaliwungu dengan luas mencapai 500 hektare. Kemudian di Kecamatan Undaan seluas 182 hektare, dan Jati seluas 35 hektare,” terang Agus.

Sedangkan usia tanaman padi yang tergenang banjir,  kata Agus, bervariasi antara 30 hari hingga 80 hari. 

Selain itu, lamanya genangan banjir masing-masing sawah juga bervariasi. 

Namun saat ini, pihak Dispertan Kudus belum menerima laporan tanaman padi yang puso alias gagal panen. 

Sebab tanaman padi tersebut belum sepenuhnya tergenang banjir secara keseluruhan.

“Tanaman padi yang tergenang hingga tidak terlihat daunnya, biasanya hanya bertahan selama tiga harian. Tanaman yang masih terlihat daunnya sehingga masih bisa terkena sinar matahari dan memungkinkan terjadi fotosintesis biasanya tahan dalam jangka lama,” terang Agus.