Kibarkan Kejayaan Seni Ukir, Industri Kreatif Jepara Siap Kuasai Pasar Dunia
- arif
JEPARA, VIVAJogja – Seni ukir sebagai identitas dan kebanggaan Kabupaten Jepara, merupakan warisan budaya dan tulang punggung industri kreatif masyarakat Bumi Kartini. Melalui tangan terampil para perajin ukir, Jepara mampu menghasilkan karya seni bernilai tinggi dan dikagumi seluruh dunia.
Karena itu, Pemkab Jepara di bawah kepemimpinan Bupati Witiarso Utomo, bertekad seni ukir Jepara menjadi simbol kreativitas dan keunggulan Jepara di tingkat dunia.
Harapan besar itu ia sampaikan, disela penganugerahan craving contest yang dikemas dalam rangkaian Jepara International Furniture Buyer Weeks (JIFBW) 2025, di Pendapa Kartini kemarin malam.
Anugerah kepada para tukang ikur Jepara itu, diserahkan oleh Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dan Bupati Jepara Witiarso Utomo.
Bupati Witiarso apresiasi karya kreatif para tukang ukir Jepara
- arif
"Saya harap dengan event seperti ini, seluruh masyarakat jepara memiliki nafas atau semangat yang sama. Karena kalau kita sendiri tidak mengetahuinya, bagaimana dengan dunia yang ada di luar sana," ucap Witiarso.
Witiarso juga mengingatkan ketatnya persaingan industri di era modern ini. Utamanya persaingan di sektor furnitur dan ukir, baik di tingkat nasional maupun global.
“Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan menghadapi tantangan industry,” tukas Witiarso.
Lestari Moerdijat serahkan penghargaan ke tukang ukir .
- arif
Sejumlah aspek tersebut, kata Witiarso, adalah inovasi desain dengan mengeksplorasi desain baru. Yakni mengikuti tren pasar tanpa meninggalkan ciri khas ukir Jepara.
Ia juga menyebut aspek penting lainnya, yakni peningkatan kualitas produksi, pemanfaatan teknologi dan digitalisasi dalam meningkatkan pemasaran. Dan tak kalah pentingnya, regenerasi pengukir di Jepara.
Ia mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada para peserta serta pihak terkait yang berkontribusi pada acara tersebut. Ia mendorong pelestarian seni ukir, sebab hal tersebut merupakan warisan nenek moyang yang memerlukan daya, kreativitas, dan kompetensi yang luar biasa.
Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menambahkan, seni ukir Jepara sudah tercatat sejak abad ke-15 berdasarkan catatan sejarah. Beberapa artefak yang dapat terlihat hingga kini, salah satunya adalah ukiran di Makam Sultan Hadlirin di Desa Mantingan.
"Sekitar tahun 1928 hingga 1930, sudah ada sekolah ukir di Jepara. Di masa itu juga, RA Kartini sudah memikirkan agar ukiran memiliki value yang lebih tinggi dengan menerapkan ukiran pada furnitur dan melakukan hubungan dagang melalui sahabatnya di luar negeri," ucap Lestari.
Lestari pun membenarkan ucapan Witiarso mengenai cita-citanya meningkatkan daya jual ukir Jepara. Yakni melalui nilai seni yang tidak hanya sebuah produk kriya kayu semata.
"Kami sudah berbincang dengan pihak UNESCO mengenai persyaratan yang diperlukan dalam menetapkan ukir Jepara sebagai warisan budaya tak benda," ujarnya.
Menurut Lestari, ada beberapa kendala yang dihadapi dalam memenuhi persyaratan tersebut. Salah satunya adalah adanya ukiran di beberapa daerah, seperti ukir Bali dan beberapa daerah lainnya.
“Sehingga perlu adanya dokumen yang menunjukkan bahwa ukir Jepara dapat berdiri sendiri dan berbeda dengan daerah lain,” pinta Lestari.
Untuk diketahui, terdapat 99 peserta yang mengikuti acara craving contest tersebut. Dari 99 peserta, 13 diantaranya ditetapkan sebagai juara oleh dewan juri. 10 juara kategori wood craving, dan 3 juara dari kategori CNC craving.