10 Rekomendasi Film Pendek Karya Sineas Jogja, No 4 Viral dan Disaksikan Hampir 30 Juta Penonton
- VIVA Jogja/youtube
VIVA Jogja - Sebagai kota budaya, Jogja juga dikenal dengan gairah para sineas muda yang rajin memproduksi sejumlah karya film pendek.
Film pendek adalah film yang berdurasi pendek, simpel dan memiliki nauansa kompleks serta tidak dianggap sebagai film utama/panjang (feature film).
Academy of Motion Picture Arts and Sciences mendefinisikan film pendek sebagai "sebuah film orisinal yang berdurasi 40 menit atau kurang.”
Berikut deretan film pendek yang diproduksi para sineas muda asal Jogja, maupun yang bercerita tentang masyarakat dan budaya jogja.
1. Andakara Kerta Raharja
Film pendek produksi Paniradya Kaistimewaan berkisah tentang sosok Bandang, setelah terkena PHK, tak lagi berkeinginan bekerja, apalagi dengan UMR Jogja yang menurutnya tidak cukup untuk menata masa depannya.
Ia bersikeras membangun sebuah usaha dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di desanya. Bandang menjadi seperti Andakara, yang bermakna matahari yang bersinar.
Menjadi Andakara Kerta Raharja, yang membawa perubahan untuk kemandirian ekonomi masyarakat desa. Film ini baru saja tayang di Youtube pada 12 September 2024 lalu.
2. Merindu di Jogja
Bagi sebagian orang, Ke Jogja adalah pulang, serasa nyaman dan tenteram pada sebuah keluarga.
Merindu di Jogja adalah ungkapan rasa dari sudut pandang mereka yang berkunjung ke Jogja dengan segala alasannya. Film ini dibalut dalam deret garis Sumbu Filosofis Jogja sebagai kebanggaan atas predikat kota dengan berbagai filosofi kehidupan.
3. #Kabar Anget
Film yang menceritakan tentang Perkara sepele yang membawa kegaduhan, begitulah yang sering terjadi jika media sosial tidak digunakan secara bijak.
Hal ini sering terjadi dan justru marak pada ibu-ibu rumahan khususnya dalam “grup obrolan pesan” dalam perangkat lunak pengirim pesan ponsel.
Film pendek ini mengemas kegaduhan di masyarakat yang terjadi akibat salah persepsi dan menyebar lewat perangkat lunak pengirim pesan ponsel.
4. Tilik
Film ini produksi bersama Dinas Kebudayaan DIY dan Ravacana Films yang diproduksi tahun 2018.
Bercerita tentang serombongan ibu-ibu yang berangkat untuk menjenguk orang sakit atau yang dalam Bahasa Jawa disebut ‘Tilik’ dengan menggunakan kendaraan truk.
Selama perjalanan, ditampilkan beragam perbincangan yang dibumbui dengan gosip. Film berdurasi sekitar setengah jam karya Wahyu Agung Prasetyo ini diproduksi dengan menggunakan Dana Keistimewaan DIY dan telah mendapatkan tiga penghargaan yakni Piala Maya 2018 kategori Film Pendek Terpilih, Official Selction di Jogja-Netpac Asian Film Festival 2018, dan Official Selection World Cinema Amsterdam 2018.
5. Plesiran Desa Mandiri Budaya Jatimulyo
Desa Mandiri Budaya sebagai salah satu Pilar Keistimewaan DIY yang mampu mengembangkan berbagai aspek untuk Kemandirian Ekonomi dan Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat. Film ini mengenalkan budaya Jogja, produk khas berupa gula merah, dan kekayaan budaya kota Yogyakarta lainnya, yang disajikan melalui film pendek dan dikemas secara apik dan menarik.
6. Jogja, Kamu dan Rindu
Film pendek yang menampilkan wisata 5 kabupaten / kota DIY ini, diproduksi Badan Otorita Borobudur (BOB) bekerjasama dengan Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta. Film ini dibuat dalam upaya meningkatkan Brand Awarenes terkait potensi Daya Tarik Wisata (DTW) dan kegiatan serta produk Ekonomi Kreatif (Ekraf) di Yogyakarta.
Film yang bertajuk Pariwisata di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Borobudur – Yogyakarta dan sekitarnya ini menampilkan kekayaan atau potensi potensi yang ada di seluruh provinsi DIY. Informasi wisata 5 kabupaten/kota DIY film pendek ini dikemas dalam bentuk film cerita. “Jogja, Kamu & Rindu” adalah kisah tentang seorang novelis yang melakukan perjalanan riset di Yogya, hidupnya berubah saat bertemu seorang travel vloger yang sedang membuat konten di Yogya.
“Jogja, kamu dan Rindu” terdiri dari 5 episode yaitu “Pertemuan”, “Mencari Bayangmu”, “Takdir”, “Bukan Dia” dan “Healing”. Lokasi cerita tiap episode mewakili lokasi wisata dari 1 kabupaten.
Film ini dibuat untuk mengenalkan masyarakat pada lokasi wisata baru yang masih belum populer. Selain tempat wisata ditampilkan juga kuliner dan craft unggulan tiap kabupaten.
7. Leleh Luweh
Leleh Luweh merupakan film pendek dengan latar Kampung Cyber yang terletak di RT 36 Kampung Taman, Patehan, Yogyakarta. Area yang berdekatan dengan objek wisata Taman Sari ini merupakan satu-satunya kampung di Yogyakarta yang menyediakan layanan internet secara cuma-cuma bagi warga sekitar maupun masyarakat umum.
Ide Kampung Cyber ini diinisiasi oleh Antonius Sasongko Wahyu Kusumo, warga asli Kampung Taman yang memiliki keinginan untuk memberikan tambahan pengetahuan dan ketrampilan di bidang teknologi informasi untuk warga. Dimulai dengan program media blog, www.rt36taman.multiply.com sebagai media publikasi kegiatan RT dan ikatan silaturahmi dengan warga yang di luar daerah.
Kini, berkat kegigihan salah satu penggagas, mulai dari mahasiswa hingga masyarakat umum berkunjung untuk studi di kampung yang telah didaulat menjadi kampung wisata ini.
8. Mbalik Ndeso
Menceritakan seseorang bernama Dito, pemuda Jogja yang sudah lama bekerja di Jakarta, terpaksa meninggalkan semua hasil kerja kerasnya karena kasus penipuan. Dito kemudian memutuskan untuk pulang kampung.
Kembali menata hidup di Jogja. Dikemas secara menghibur sebagai drama komedi, film ini mengisahkan tentang pemanfaatan tanah kas kalurahan untuk pertanian modern berupa Green House.
Dalam ceritanya pemirsa akan melihat bagaimana kas kalurahan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif peningkatan produktifitas pertanian yang akan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat.
9. Buruh Pabrik
Menceritakan tentang sebuah keluarga yang kurang harmonis. Suprapto selaku suami yang dibintangi oleh Dodit Mulyanto. Keluarga ini tidak memiliki rumah sendiri, dan masih mengontrak di rumah sempit milik Ibu Mangun.
Mereka bingung membayar kontrakan dikarenakan sang suami hanya buruh pabrik, namun karena kerja si suprapto itu sangat bagus selama 10 tahun, maka ia diberi penghargaan berupa uang.
10. Anak lanang
Film pendek yang diproduksi oleh Ravacana Films yang menorehkan prestasi tahun 2019 dalam Short Film Competition di Australia. Anak Lanang (produksi tahun 2017), mendapatkan “Outstanding Achievement” di Indonesian Film Festival (IFF) Australia ke-14.
Film pendek karya Wahyu Agung Prasetyo ini berdurasi hanya 14 menit 51 detik. Kisah dalam film ini seputar percakapan empat anak dan tukang becak sepulang sekolah di atas becak.
Dialog mengalir lancar dalam bahasa Jawa di antara keempat anak dan tukang becak dalam satu kali shot kamera.