Noviyanto dan Keju Indrakila: Inovasi Boyolali, Kejutan Rasa Lokal yang Mendunia
- IST/Astra Internasional
BOYOLALI, Viva Jogja - Boyolali, sentra penghasil susu terbesar di Jawa Tengah, kini menyimpan kisah inspiratif tentang inovasi keju lokal yang mampu menembus pasar nasional bahkan internasional.
Di balik cerita ini ada sosok Noviyanto, alumnus arsitektur yang memilih jalan usaha tak biasa: menjadi pengusaha keju.
Berawal dari kebiasaannya membawakan susu untuk teman-teman di kampus, Novi—sapaan akrab Noviyanto—kemudian tertarik mengolah susu menjadi produk turunan bernilai tinggi.
Awal Mula Ide dan Semangat Lokal
Awal tahun 2000-an, Novi bekerja sebagai asisten ahli pengolahan susu asal Jerman, Benjamin Siegl, yang ditugaskan di Boyolali oleh The Deutscher Entwicklungsdienst (DED), lembaga pembangunan dari Jerman.
Saat itu, Boyolali yang kaya akan susu masih menghadapi masalah dalam pengelolaan hasil ternak, dengan banyak susu yang terbuang percuma karena belum dimanfaatkan maksimal.
"Sebagai daerah penghasil susu, Boyolali punya potensi besar, tapi banyak peternak belum tahu cara memanfaatkannya," ungkap Novi dalam sebuah wawancara beberapa waktu lalu.
Dengan bantuan Benjamin, Novi belajar proses pembuatan keju, dari pengasaman hingga pasteurisasi, yang kemudian melahirkan produk keju asli Boyolali.
Keju Indrakila: Lokal Rasa Internasional
Pada 2010, setelah Benjamin kembali ke Jerman, Novi mendirikan Pabrik Keju Indrakila, memanfaatkan bahan baku dari peternak lokal Boyolali.
Dengan ketekunan, Novi dan timnya mampu memproduksi beragam jenis keju, seperti mozzarella, feta, mountain chili, hingga boyobert—varian lokal Boyolali terinspirasi dari keju camembert asal Prancis.
“Boyobert punya rasa yang segar dan tahan lama, cocok untuk berbagai kuliner lokal,” jelas Novi, yang kerap mendistribusikan keju produksinya ke kafe-kafe Solo hingga restoran di Yogyakarta dan Bali.
Menembus Pasar Nasional dan Internasional
Keberhasilan Novi mengembangkan keju lokal Boyolali tentu tidak lepas dari tantangan.
Awalnya, ia hanya mampu mengolah sekitar 20 liter susu per hari, namun kini Pabrik Keju Indrakila telah mencapai kapasitas hingga 3.000 liter per produksi, terutama saat musim liburan ketika permintaan meningkat.
Kesuksesan ini membuatnya menerima banyak penghargaan, termasuk Satu Indonesia Awards dari PT Astra International pada 2012.
Penghargaan ini, menurut Novi, merupakan pengakuan atas kerja kerasnya, sekaligus tanggung jawab untuk memberdayakan lebih banyak pihak.
“Saya ingin peternak lokal merasa terlibat dalam proses ini, bukan hanya sebagai penyedia bahan baku,” ujar Novi.
Kiat Sukses bagi Pelaku Usaha Lokal
Tak pelak, keberhasilan Indrakila menjadi inspirasi bagi banyak kalangan, terutama anak muda Boyolali yang tertarik mengembangkan produk olahan susu.
Novi rutin memberikan pelatihan dan membuka kesempatan bagi pengusaha lokal untuk memanfaatkan etalase Indrakila sebagai tempat memasarkan produk mereka.
Ia berharap lebih banyak anak muda Boyolali ikut dalam usaha ini, menjadikan potensi lokal sebagai nilai tambah bagi perekonomian daerah.
“Saya ingin Boyolali tidak hanya jadi pemasok bahan baku, tetapi juga sebagai pusat produksi olahan susu yang diperhitungkan,” tambahnya.
Inovasi Berkelanjutan di Boyolali
Inisiatif Novi terus berkembang, bahkan membuka cabang usaha serupa di Lumajang, Jawa Timur, bekerja sama dengan BUMDes setempat dan menerima bantuan dari Astra untuk pengadaan alat produksi.
Dengan strategi yang matang, Novi kini tengah merancang program pemberdayaan UMKM untuk mendukung ekonomi lokal di masa pasca-pandemi.
Pengembangan ini, menurut Novi, adalah bukti bahwa inovasi bisa menjadi solusi masalah ekonomi, terutama bagi komunitas peternak yang sering kali menghadapi fluktuasi harga susu.
Pabrik Keju Indrakila: Simbol Harapan bagi Boyolali
Pabrik Keju Indrakila kini menjadi lebih dari sekadar pabrik produksi; ia adalah simbol harapan bagi peternak Boyolali, menghidupkan ekonomi lokal sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak.
Keberhasilan ini memperlihatkan bahwa melalui inovasi dan kemitraan, tantangan ekonomi dapat diubah menjadi peluang bagi banyak pihak.
Novi berharap, dengan semakin banyaknya dukungan dari berbagai pihak, inisiatif seperti Indrakila bisa menjadi model pemberdayaan komunitas yang berkelanjutan di Indonesia.