InJourney - Belajar dan Eksplorasi Sejarah di Keraton Ratu Boko

InJourney Peduli Literasi Budaya
Sumber :
  • Istimewa

Jogja, VIVA JogjaInJourney Destination Management (IDM) Imengajak 40 siswa dan siswi SD 1 Kebondalem Kidul, Prambanan, Klaten, untuk mengikuti kegiatan InJourney Peduli Literasi Budaya di Keraton Ratu Boko, Kamis (23/1/2025).

Selain memperkenalkan warisan budaya, IDM juga memberikan 100 buku bacaan untuk perpustakaan sekolah SD 1 Kebondalem Kidul, Prambanan, Klaten.

Menurut Pgs Corporate Secretary Group Head InJourney Yudhistira Setiawan, Kamis (23/1/2025), kegiatan tersebut merupakan  komitmen Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL).

Program ini bertujuan untuk memperluas wawasan para pelajar tentang sejarah situs cagar budaya Keraton Ratu Boko serta membangun rasa cinta dan kebanggaan terhadap salah satu warisan budaya Indonesia. “Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian HUT Ke–3 PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney dan melibatkan karyawan di setiap aktivitas sosial perusahaan merupakan komitmen perusahaan dalam menciptakan culture yang peduli terhadap lingkungan sekitar,” ucapnya.

Hal tersebut juga sekaligus menstimulasi desikasi dan berkontribusi bagi kepentingan masyarakat. “Kami berharap, program ini dapat membantu memperluas wawasan dan pengetahuan serta menstimulasi anak sekolah untuk lebih haus akan informasi yang positif serta memantik minat belajar,” jelasnya.

InJourney Peduli Literasi Budaya bertujuan meningkatkan kemampuan literasi budaya di kalangan generasi muda di sekitar situs cagar budaya Keraton Ratu Boko. Program ini tak hanya berfokus pada pembelajaran dasar, tetapi juga pengembangan keterampilan yang lebih luas, terutama dalam bidang seni dan budaya lokal. Hal ini sejalan dengan program Asta Cita yang menargetkan peningkatan kualitas SDM Indonesia melalui pendidikan.

Kegiatan dimulai dengan aktivitas berkelompok mancakrida yang dipandu oleh karyawan InJourney Destination Management. Aktivitas ini bertujuan untuk membangun semangat dan kekompakan di antara para siswa sebelum menjelajahi situs yang dibangun oleh Rakai Panangkaran, di sekitar abad 746-784 M.

Setelah itu, para siswa diajak berkeliling kawasan Keraton Ratu Boko untuk mempelajari lingkungan dan sejarah yang melekat pada situs cagar budaya ini. Eksplorasi tersebut dipandu oleh pramuwisata berpengalaman yang memberikan penjelasan menarik tentang sejarah Keraton Ratu Boko.

“Belajar sejarah melalui pengalaman langsung di situs budaya seperti Keraton Ratu Boko ini, memberikan konteks nyata bagi siswa. Mereka tidak hanya membaca tentang sejarah dari buku, tetapi juga melihat, menyentuh, dan mengalami langsung situs-situs bersejarah, yang menjadikan pembelajarannya lebih nyata, bermakna dan mudah dipahami,” jelas Pgs Corporate Secretary Group Head InJourney Destination Management Destantiana Nurina.

Siswa-siswi juga diajak belajar memainkan alat musik tradisional gejog lesung. Alat musik ini memiliki nilai tradisi yang tinggi, biasanya dimainkan bersama-sama oleh masyarakat setelah panen padi sebagai bentuk ekspresi kebahagiaan.

Gejog lesung juga lekat dengan kisah legenda Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang. Kala itu, Bandung Bondowoso diminta membuat seribu candi dalam waktu semalam untuk membuktikan kesaktiannya agar bisa meminang Roro Jonggrang. Dalam cerita tersebut, Roro Jonggrang mengerahkan petani di desa-desa untuk memainkan musik gejog lesung di tengah malam sehingga ayam berkokok pertanda hari telah fajar dan menggagalkan usaha Bandung Bondowoso.

Di akhir penjelajahan, para siswa mengikuti kegiatan seni berupa mewarnai objek Keraton Ratu Boko pada kertas kanvas yang telah disediakan. Aktivitas ini dirancang untuk mengasah kreativitas sekaligus menjadi sarana bagi siswa mengekspresikan imajinasi mereka melalui warna. Kegiatan ini diharapkan memberikan pengalaman yang menyenangkan sekaligus memperdalam rasa cinta siswa terhadap budaya lokal.

“Mereka tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga pelaku yang aktif dalam proses belajar, sehingga siswa lebih mungkin mengingat dan menghargai pelajaran yang mereka dapatkan. Pendekatan ini juga membangun rasa ingin tahu dan motivasi intrinsik, yang menjadi fondasi penting untuk pembelajaran sepanjang hayat,” jelasnya. *