Lentog Tanjung: Warisan Rasa dari Desa Religius di Jantung Kudus

Lentog Tanjung khas Kudus
Sumber :
  • VIVA Jogja/cookpad

Kudus, VIVA Jogja - Di antara hiruk-pikuk kota Kudus yang modern, terdapat sebuah kuliner tradisional yang tetap setia pada kesederhanaannya.

Soloraya Great Sale Gandeng UMKM Ngringo Expo 3, Hadirkan 100 Stan dan Ragam Acara Seru

Namanya Lentog Tanjung—sepiring sajian khas yang tak hanya menggoyang lidah, tetapi juga menyimpan sejarah panjang tentang religiusitas, kebersamaan, dan identitas lokal.

Asal usul Lentog Tanjung bermula dari Desa Tanjung, Kecamatan Jekulo, yang dikenal sebagai desa religius dan pusat kegiatan santri. Pada awal abad ke-20, warga desa ini mulai berdagang makanan di sekitar masjid dan tempat-tempat pengajian.

The Silent Pandemic: Social Media and Loneliness, Potret Kesepian di Era Virtual

Mereka menyajikan makanan hangat untuk para jamaah dan santri yang baru selesai beribadah subuh. Maka, terciptalah sajian yang praktis, mengenyangkan, dan murah: lontong dipotong-potong, disiram sayur lodeh nangka muda, dan dilengkapi dengan sambal tempe khas yang pedas-gurih.

Hingga kini, warisan itu tetap hidup. Di pagi hari, deretan penjual Lentog Tanjung di Pasar Tanjung dan sekitarnya menjadi tujuan utama warga lokal maupun wisatawan.

RS Sarkies Aisyiyah Tagih Janji Bupati Kudus, Bantuan Alkes Mendesak Direalisasikan

Aroma santan berpadu rempah menyambut setiap pengunjung yang ingin mencicipi kehangatan Kudus dalam sebuah piring. Yang membuat Lentog Tanjung istimewa bukan hanya rasanya, tetapi juga nilai yang dibawanya: kesederhanaan dalam keberkahan.

Tak heran, Lentog Tanjung kini menjadi salah satu ikon kuliner yang selalu dicari oleh para perantau ketika pulang kampung, seolah mengingatkan mereka pada suasana pagi yang damai dan penuh doa.

Halaman Selanjutnya
img_title