Kaki Langit Mangunan, Diantara Kabut, Hutan Pinus dan Lembah Hijau

Desa Wisata Kaki Langit Mangunan
Sumber :
  • VIVA Jogja/Kemenparekraf RI

Bantul, VIVA Jogja - Desa Mangunan merupakan sebuah desa yang terletak Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Berjarak sekitar 35 km dari pusat Kota Yogyakarta.

Yuk ke Wukirsari, Belajar Membatik Sembari Menikmati Bukit Watu Gagak

Lokasi yang mulai dikembangkan sebagai kawasan wisata sejak tahun 2014 ini berada di atas tanah seluas 23,3415 hektare pada ketinggian 150-200m di atas permukaan laut.

Titik ketinggian yang membuat kawasan ini memiliki alam yang indah dan udara yang sejuk serta pemandangan pegunungan seribu yang menyajikan berbagai keindahan alam.

Sambut Sumpah Pemuda, Srikandi PLN UP3 Yogyakarta Sambung Listrik Gratis Warga Bantul

 

Salah satu sudut Desa wisata Kaki Langit

Photo :
  • VIVA Jogja/Kemenparekraf RI
Saat Warga Sambirejo, Menyulap Bekas Tambang Jadi “Tambang” Cuan

 

Desa Kaki Langit Mangunan memiliki beberapa keunggulan potensi dan keunikan daya tarik pariwisata, baik daya tarik wisata alam, daya tarik wisata religi dan budaya, daya tarik wisata buatan manusia, dan daya tarik wisata kerajinan dan wisata kuliner.

Destinasi di kawasan Mangunan yang masuk dalam Desa Wisata Kaki Langit antara lain hutan pinus, kebun buah, tebing watu lawing, rumah hobbit, potensi wisata kuliner tradisional, dan penginapan yang memiliki nuansa pedesaan khas jawa.

Potensi yang dimiliki menarik wisatawan untuk berkunjung dan menginap sehingga semakin ramai didatangi wisatawan pada akhir pekan dan liburan. Dari hiruk pikuk pusat kota Yogyakarta, wisatawan dapat menuju ke Desa Mangunan melewati Jalan Imogiri Timur lalu ke arah selatan.

Ketika sampai di pusat kawasan Imogiri, perjalanan berlanjut ke timur untuk menuju Desa Mangunan.

Waktu tempuh dari pusat Kota Yogyakarta menuju ke Mangunan adalah sekitar satu jam menggunakan kendaraan pribadi seperti motor, mobil atau bus wisata. Bisa pula dijangkau menggunakan taksi online.

Namun, jangan lupa mempersiapkan kondisi kendaraan terlebih dahulu karena jalannya cukup terjal.

Sepanjang perjalanan menuju kawasan ini, wisatawan akan disuguhi pemandangan indah di kawasan perbukitan di sisi tenggara Kota Yogyakarta ini.

Sesampai di Desa Wisata Kaki Langit Mangunan, wisatawan akan disuguhi pemandangan alam berupa kabut yang damai, hutan pinus yang sejuk, dan lembah yang menghijau berpadu dengan budaya lokal.

Desa wisata ini memiliki beberapa keunggulan potensi dan keunikan daya tarik pariwisata, baik daya tarik wisata alam, daya tarik wisata religi dan budaya, daya tarik wisata buatan manusia, dan daya tarik wisata kerajinan dan wisata kuliner.

Desa Wisata Kaki Langit Mangunan ditetapkan masuk dalam 50 desa wisata terbaik yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Menparekraf Sandiaga Uno mengatakan, salah satu yang menjadi kunci dari kesuksesan desa wisata Kaki Langit adalah kemampuan dalam menggeliatkan perekonomian masyarakat setempat dengan membuka usaha jasa pariwisata dan ekonomi lainnya.

"Selain dari pada kemampuan kita untuk melibatkan masyarakat, juga ada 400 lebih usaha baru yang tumbuh sejak desa wisata ini berkegiatan, kalau dikali empat berarti ada 1.600 orang yang mendapatkan lapangan pekerjaan," kata Sandi, saat berkunjung ke desa wisata ini.

Sandiaga menyampaikan, kesuksesan Desa Wisata Kaki Langit Mangunan juga tidak lepas dari kebijakan kepemimpinan pemerintah daerah yang telah memberdayakan masyarakat dan memberikan perhatian khusus terutama peningkatan sarana akses jalan menuju kawasan wisata.

"Yang saya lihat adalah kepemimpinan, kepemimpinan dari Ngarso Dalem (Gubernur DIY) yang memberdayakan masyarakat, dan membangun jalan yang kelasnya ini mungkin bisa dibilang salah satu jalan yang terbaik," jelasnya.

Untuk produk kuliner, wisatawan dapat menemukan berbagai olahan Olahan tradisional. Antara lain gudeg manggar, thiwul, kicak, cemplon, sayur bobor, sayur jambu mete, sambel terong, sambal bawang, sambal jenggot, sayur oyok-oyok, botok, sayur lompong, bledak, mie lethek, gudangan, pecel, dan lainnya. Deretan kuliner ini bisa ditemui di Pasar Semi Kaki Langit.

 

Pasar Semi Kaki Langit

Photo :
  • VIVA Jogja/Kemenparekraf RI

 

Pasar ini menghadirkan banyak keunikan-keunikan yang berbeda dengan tempat wisata lainnya, yaitu petugas wisata dan pedagang di sana mengenakan pakaian adat.

Untuk para pengunjung yang ingin membeli harus mengunakan uang khusus yaitu memakai koin yang terbuat dari kayu. Di sini rutin digelar pentas seni setiap minggunya yang menampilkan kesenian masyarakat sekitar.

Desa Wisata Kaki Langit merupakan hasil musyawarah mufakat dari tokoh masyarakat yang tergabung dalam wadah kelembagaan KKLPMD.

Saat itu pembahasan desa wisata dirasa sangat penting melihat perkembangan kepariwisataan terutama di kawasan Bantul timur.

Desa Wisata Kaki Langit dibentuk pada tanggal 9 Maret 2014 yang merupakan unit kerja dari Organisasi KKLPMD Pedukuhan Mangunan.

Mulai tahun 2008, desa ini dikembangkan atas kolaborasi Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) dibawah naungan Koperasi Notowono.

Ketua Koperasi Notowono, Purwo Harsono mengatakan, nama Kaki Langit memiliki makna dan filosofi yang sangat mendalam sebagai sebuah tujuan untuk pemberdayaan masyarakat terutama di bidang kepariwisataan.

“Kaki Langit merupakan penggabungan dua kata yaitu Kaki dan Langit. Secara filosofi Kaki mengandung arti alat untuk bergerak dan seberat apapun beban yang ditanggung maka Kaki harus tetap melangkah. Sedangkan Langit merupakan tempat yang tidak terbatas tentang luas dan jaraknya, sehingga Desa Wisata Kaki Langit bermakna harus mampu menggerakan masyarakat untuk mencapai tujuan tanpa batas ruang dan waktu,” ungkap Purwo Harsono.

Tujuan yang dimaksud, kata Purwo Harsono, adalah menciptakan peluang baru yang merupakan sumber pendapatan dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan untuk mencapai kesejahteraan.

Tujuan pemberdayaan masyarakat sebagai roh dasar pergerakan terbentuknya desa wisata Kaki Langit tidak mudah dicapai tanpa adanya sinergitas antar lembaga, tokoh masyarakat, dan masyarakat di wilayah tersebut untuk saling bahu-membahu mewujudkannya.

“Menggali potensi sumber daya manusia, alam, dan budaya tradisi serta seluruh aktifitas didalamnya merupakan modal dasar yang ditata sedemikian rupa menjadi sebuah konsep pemberdayaan masyarakat di dalamnya” paparnya.

Di sini ada Watu Goyang merupakan salah satu destinasi wisata Tapak Tilas Sultan Agung yang terletak di Pedukuhan Cempluk. Meskipun berada di sekitar pegunungan dan pedesaan, letaknya yang berada di dataran tinggi ini menjadi nilai plus dikarenakan mampu menjadikan Watu Goyang semakin Instagenik dan menarik bagi generasi millenials terutama penikmat senja.

 

Tradisi napak tilas Sultan Agung

Photo :
  • VIVA Jogja/Kemenparekraf RI

 

Tidak hanya senja, tersedianya spot-spot foto yang menarik untuk menikmati panorama alam dari ketinggian entah itu pagi, siang, sore, ataupun malam benar-benar menyenangkan mata dan hati siapapun yang melihatnya.

Selain wisata alamnya yang menarik, Watu Goyang juga menjadi pusat produksi souvenir unik dan warongko keris. Dengan berbahan dasar kayu, tangan-tangan berbakat dikerahkan untuk menciptakan sebuah kerajinan yang luar biasa.

Adapun beberapa produksi unik yang unggul di Watu Goyang, Cempluk, Mangunan ini berupa plakat, papan nama, chandle, dan juga tray. Istimewanya, tidak hanya terdiri dari satu design, beberapa custom design menarik telah tersedia dan siap dipinang sesuai keinginan wisatawan.

Sebagai desa yang cukup kental akan adat istiadat, Cempluk, Mangunan juga kerap mempertunjukkan berbagai macam atraksi kesenian, diantaranya seperti gejog lesung, seni pedalangan, seni tari, kethoprak, karawitan, hadroh, dan masih banyak lagi.

Dan dengan kebudayaan yang masih cukup kental ini, gotong-royong di masyarakat pun masih sangat terjaga bahkan terus menguat. Tak heran, Desa Mangunan, Dlingo, Bantul, dipilih menjadi Desa Sejahtera Astra (DSA).

Kaki Langit, praktis menjadi desa wisata yang lengkap: panorama alam yang indah, dengan kabut tebal yang berkelindan diantara hutan pinus, air bening segar yang mengalir hingga lembah hijau; berpadu dengan kearifan lokal: kesenian dan tradisi kuliner…