Maman Sulaeman: Guru Inovatif Pekalongan Ciptakan Aplikasi Ujian Online Tanpa Sinyal Tanpa Server

Guru SMK Gondang Pekalongan, Maman Sulaeman
Sumber :
  • Viva Jogja

 

VIVA JOGJA - Dalam dunia pendidikan, inovasi terus bermunculan dari individu-individu yang berdedikasi penuh untuk kemajuan siswa. 

Salah satunya adalah Maman Sulaeman, seorang guru SMK Gondang, Kecamatan Wonopringgo di Kabupaten Pekalongan, yang telah menciptakan berbagai sistem operasi hingga aplikasi untuk pembelajaran dan digunakan di tingkat Nasional.

Berawal dari sistem operasi tanpa hard disk untuk mendukung Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) pada 2019, Maman terus berinovasi hingga sekarang. 

Maman memiliki semangat tinggi untuk memajukan pendidikan Indonesia dengan teknologi yang dapat diakses semua kalangan, terutama sekolah dengan keterbatasan perangkat komputer. 

Berawal dari niat tulus saat mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) pada 2018, Maman bertekad untuk memanfaatkan ilmunya guna menciptakan solusi teknologi dalam dunia pendidikan.

“Ketika lulus PPG, saya bercita-cita mengembangkan teknologi yang bisa dipakai untuk pendidikan di Indonesia. Saya mulai mengembangkan sistem operasi berbasis Linux, yang dapat berjalan meski tanpa hard disk," ungkap Maman.

 

Karya Pertama, GO UNBK: Solusi Tanpa Hard Disk untuk Sekolah Terbatas

Ide besar ini berawal dari kendala yang dialami di sekolahnya. Banyak komputer yang hard disk-nya rusak, sedangkan komponen lain seperti RAM dan motherboard masih berfungsi baik. 

Hal ini membuat Maman berinisiatif menciptakan sistem operasi yang bisa didistribusikan dari satu server pusat ke komputer-komputer klien tanpa perlu hard disk.

“Saya kembangkan sistem operasi GO UNBK, di mana komputer tanpa hard disk bisa bekerja lewat jaringan dari satu server. Sistem ini sangat membantu sekolah-sekolah yang memiliki komputer rusak,” kata Maman.

Dengan sistem ini, satu server bertugas mendistribusikan sistem operasi ke komputer-komputer tanpa hard disk di jaringan. 

Sistem ini terus dikembangkan Maman, dan kemudian disebarkan gratis ke berbagai sekolah di seluruh Indonesia yang membutuhkan solusi serupa.

 

Mendukung Ratusan Sekolah untuk Pelaksanaan UNBK

Setelah melalui tahap pengembangan, Maman mendistribusikan sistem operasi GO UNBK ke sekolah-sekolah di berbagai pelosok Indonesia. 

Respon positif datang dari ratusan sekolah yang merasakan manfaatnya dalam mendukung pelaksanaan UNBK.

“Pada akhirnya, sekitar 700 sekolah di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, telah menggunakan sistem GO UNBK ini untuk UNBK mereka,” ucap Maman dengan bangga.

 

Menuju SIA

Pada suatu hari, Maman menemukan postingan dari Ono W. Purbo, tokoh IT yang dikenal luas di Indonesia sebagai “Bapak Open Source.” 

Melalui postingannya, Ono menginformasikan tentang ajang Astra Satu Indonesia Awards (SIA) yang mendorong inovasi dari generasi muda berusia di bawah 35 tahun dengan karya yang berdampak nyata.

Tahun 2019, Maman memberanikan diri mengajukan proposal sistem operasi GO UNBK ke ajang tersebut. 

Walaupun tidak menjadi juara umum, Maman berhasil menjadi finalis kategori teknologi tingkat nasional. Ia juga meraih penghargaan di tingkat provinsi dalam kategori teknologi.

 

Karya Kedua, Aplikasi Ujian Mode Darurat Tanpa Server dan Sinyal

Pandemi Covid-19 menjadi tantangan baru dalam dunia pendidikan, terutama bagi sekolah-sekolah yang harus menerapkan pembelajaran jarak jauh. 

Di SMK Gondang, banyak siswa yang kesulitan mendapatkan sinyal di daerah terpencil sehingga mengalami hambatan serius dalam mengikuti ujian online.

“Beberapa siswa harus mencari sinyal sampai ke sawah. Sinyal yang buruk juga menyebabkan waktu ujian online mereka habis sebelum bisa selesai,” ujar Maman.

 

Guru SMK Gondang Maman Sulaeman bersama siswanya

Photo :
  • Viva Jogja

 

Kondisi ini mendorong Maman untuk mengembangkan aplikasi ujian berbasis digital yang bisa diakses tanpa sinyal atau server kuat. 

Dirinya mengotak-atik program berdasarkan dari aplikasi ujian online yang sudah ada.

Pihaknya memodifikasi program aplikasi ujian online agar data atau folder soal serta jawaban bisa dikirim secara mudah baik lewat WA, telegram dan sebagainya.

Sehingga siswa bisa mengerjakan ujian tanpa sinyal.

Aplikasi tersebut dapat digunakan di daerah-daerah dengan keterbatasan infrastruktur teknologi.

Karya keduanya inilah yang membuatnya menyabet penghargaan Astra Satu Indonesia Awards (SIA)

 

Karya Ketiga, Inovasi Aplikasi Emot (Emergency Mode Online Test)

Setelah melalui berbagai ujicoba, Maman menyempurnakan aplikasinya dan mengganti namanya menjadi Emot (Emergency Mode Online Test). 

Untuk karya ketigannya ini, Maman murni membuat aplikasi dari nol dan tidak lagi mengadaptasi dari aplikasi yang sudah ada.

Dirinya membuat aplikasi sejak dari pengkodean hingga akhirnya bisa berjalan. 

Emot memiliki kemampuan untuk diakses tanpa sinyal dan server, sebuah solusi ideal bagi sekolah-sekolah di daerah terpencil yang ingin menyelenggarakan ujian berbasis digital.

“Dengan aplikasi Emot, siswa di daerah yang sulit sinyal tetap bisa mengikuti ujian online. Sekolah juga bisa menjalankan ujian serentak tanpa kendala server atau jaringan yang rentan putus,” jelas Maman.

 

Aplikasi Emot Ciptaan Maman Sulaeman

Photo :
  • Viva Jogja

 

 

Rencana Masa Depan: Model SaaS untuk Aplikasi Emot

Inovasi tidak berhenti sampai di situ, Maman berencana mengembangkan Emot sebagai layanan berbasis langganan atau Software as a Service (SaaS). 

Dalam model SaaS, Emot akan menjadi platform ujian online yang terpusat, di mana sekolah-sekolah bisa berlangganan untuk menggunakan aplikasi ini.

“Aplikasi Emot nantinya akan memiliki portal terpusat dengan sistem membership, sehingga tiap sekolah yang ingin menggunakan bisa mengakses secara mudah. Tentu saja, server yang kuat dan stabil menjadi kebutuhan utama untuk model SaaS ini,” ungkap Maman.

Perjuangan dan dedikasi Maman Sulaeman sebagai seorang guru telah membuahkan inovasi yang berdampak besar pada pendidikan nasional. 

Sistem operasi tanpa hard disk, tanpa sinyal dan aplikasi Emot yang diciptakannya bukan hanya sekadar teknologi, tetapi juga bentuk kepedulian terhadap pendidikan yang inklusif dan merata di seluruh Indonesia.