Lima Gunung dan Galeri Limanjawi Unjuk Eksistensi, Wujud Merawat Kesenian dan Budaya Magelang

Seniman Lima Gunung Magelang siap pamerkan 20 topeng.
Sumber :
  • hms

 

MAGELANG VIVAJogja–Komunitas Seniman Lima Gunung dan Galeri Limanjawi kembali menunjukkan kreatifitasnya dalam pameran seni, tarian topeng hingga lukisan di Kabupaten Magelang. Gelar kreatifitas seni tersebut berlangsung pada Februari 2025.

Seperti halnya Seniman Lima Gunung, siap mempromosikan 20 topeng karya mereka dalam balutan tema “Batin Manusia”. Karya karya Khoirul Mutaqin dipamerkan di Studio Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.

Khoirul Mutaqin merupakan perajin topeng asal Desa Wonolelo, Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang.  Ia menjadi salah satu seniman Magelang yang dikenal di kalangan seniman ataupun budayawan.

Ratusan karya topengnya sudah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Pameran tersebut menceritakan tentang perjalanan manusia pada umumnya yakni dari rahim hingga ajal tiba.

“Sekarang ini zaman media sosial ataupun podcast, saya simpulkan melalui topeng. Banyak manusia memendam batin yang menggambarkan karakter perasaan marah antara hati dan pikiran tidak sama,” ujar Khoirul yang ditemui pada Selasa (4/2/2025).

Khoirul berniat menggelar pameran topeng, karena dorongan para penari yang banyak menggunakan topeng karyanya.

“Saya tanpa penari, tidak ada artinya. Karena topeng-topeng karya saya ini banyak digunakan oleh mereka,” terang Khoirul yang telah menciptakan 500 topeng berbagai bentuk dan karakter.

Galeri Limanjawi Magelang menggelar pameran lukisan

Photo :
  • hms

 

Sementara itu, Galeri Limanjawi di Wanurejo Borobudur juga menggelar pameran lukisan yang telah berjalan delapan kali. Pameran ini disajikan kelompok Prasinda 93, yang merupakan alumni Institut Seni Indonesia (ISI).

Sebanyak 32 lukisan berbagai aliran dipamerkan selama dua minggu pada 2-18 Februari 2025. Di galer milik Umar Chusaeni, lukisan para alumni ISI yang tinggal di Jakarta, Manado Malang, dan kota lainnya ikut dipamerkan.

Umar menyebut ada 16 seniman yang ikut pameran yang bertema pameran kali Gatra Akyati’, yang artinya tentang kekompakan dan kebersamaan yang harus dijaga.

Di lain sisi, Dosen ISI Jogjakarta, Suwarno Wisetrotomo menilai bahwa pameran tersebut penting. Sebab seni diletakkan sebagai medium untuk merawat kekerabatan dan persahabatan.

“Mereka merupakan Angkatan 1993 yang membentuk kelompok bernama Prasida. Ternyata kekerabatan mereka terawat hingga sekarang,” katanya.

Pameran tersebur menemukan titik pentingnya, karena kebetulan di Limanjawi Borobudur, merupakan satu kantong seni atau kebudayaan hidup.

Lukisan-lukisan yang dipamerkan, tidak ada yang spesifik menyinggung tentang segala macam perbedaan atau konflik di Kawasan Candi Borobudur.