Grebeg Maulid Kraton Yogyakarta 2024: Persembahan Raja untuk Rakyatnya
- jogja.viva.co.id/ Fuska SE
Prosesi selanjutnya dan tidak pernah ditinggalkan adalah Numplak Wajik, serta Miyos Gangsa, gamelan Sekati dibawa dari Keraton ke Masjid Gedhe dan dimainkan selama Sekaten. Setelah Sekaten selesai, gamelan dikembalikan ke Keraton dalam prosesi Kondur Gangsa.
Dalam Grebeg Maulid Kraton Yogyakarta, terdapat tujuh gunungan yang diarak dan dibagikan kepada masyarakat. Pertama adalah Gunungan Kakung, yang melambangkan kekuatan dan kejantanan, dengan material yang terdiri dari hasil bumi seperti sayuran, buah-buahan, dan makanan tradisional lainnya.
Gunungan Putri, melambangkan kelembutan dan keindahan, gunungan ini berisi wajik, rengginang, dan makanan manis lainnya. Gunungan Gepak, Berisi makanan kering seperti rengginang dan wajik, yang melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan. Gunungan Darat, berisi hasil bumi seperti sayuran dan buah-buahan, gunungan ini melambangkan kesuburan tanah dan hasil panen yang melimpah. Gunungan Pawuhan, melambangkan keberkahan dan kesejahteraan yang diberikan oleh raja kepada rakyat.
Mengapa rengginang dan wajik. Kedua makanan khas tradisional Jawa ini mengandung makna filosofis yang tetap mengena di hati Masyarakat. Rengginang, yang terbuat dari beras ketan yang dikeringkan dan digoreng, melambangkan kekuatan dan ketahanan. Proses pembuatannya yang melibatkan pengeringan dan penggorengan mencerminkan ketekunan dan kerja keras.
Wajik, kue tradisional yang terbuat beras ketan dan gula kelapa, manis, gurih dan lengket, melambangkan kemanisan hidup dan kesejahteraan. Panganan tradisional ini dianggap sebagai simbol harapan pada kehidupan yang manis dan juga rasa syukur. (*)