Festival Kebudayaan Yogyakarta : Merayakan Refleksi Kebendaan
- jogja.viva.co.id/ Fuska SE
Jogja, VIVA Jogja - Setelah bertransformasi dari Festival Kesenian Yogyakarta menjadi Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) pada tahun 2023 lalu, FKY menandai langkah baru dengan menyusun roadmap tematik selama 5 tahun, yakni Ketahanan Pangan - Benda – Adat Istiadat – Bahasa dan Nilai-nilai Budaya, berupaya hadir untuk menjadi moda pencatatan, ruang edukasi dan dialog, wahana aktivasi dan perayaan dinamika kebudayaan di masyarakat.
Mengusung tema benda yang diberi tajuk “Umpak Buka”, FKY akan berlangsung pada 10-18 Oktober 2024 di Bantul tepatnya Lapangan Bawuran, Kalurahan Bawuran, Kapanewon Pleret Kabupaten Bantul. Tema ini mengangkat makna fondasi dalam kehidupan manusia Jawa melalui refleksi atas ke-benda-an, menggambarkan upaya untuk menghangatkan kembali benda-benda dan momen seperti artefak sebagai subjek naratif yang dinamis. Tidak seperti artefak di museum modern yang cenderung mendinginkan pengetahuan, FKY 2024 mengeksplorasi potensi kebaruan dari benda-benda tersebut agar relevan dengan zaman kini.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Laksmi Pratiwi saat menggelar jumpa pers Kamis (03/10/2024) di Yogyakarta mengatakan, proses perubahan dari Festival Kesenian ke Festival Kebudayaan itu juga disertai usaha keras untuk rebranding, termasuk materi dari festival hingga masuk dalam tataran filosofisnya.
Dian menyadari bahwa rebranding tidak mudah, apalagi FKY sudah dikenal sebagai festival kesenian. “Sekarang tidak sebatas kesenian, tapi lebih dalam dan luas lagi, yaitu kebudayaan," ujarnya.
Dengan trasnformasi itu, jelas harus disusun konsep baru dan bukan lagi semata-mata menampilkan kesenian, akan tetapi, budaya secara lebih luas menyangkut fisik berupa benda atau situs dan nonfisik berupa filosofi atau sejarah di balik sesuatu yang kasat mata.
“Harus tercipta ruang dialog, ruang edukasi, sekaligus wahana aktivasi dan perayaan dinamika kebudayaan di masyarakat. Kami angkat tema benda yang diberi tajuk “Umpak Buka”, FKY
Sementara, Steering Committee FKY 2024, Butet Kartaredjasa juga memaparkan, masih jadi masalah klasik bagaimana menkomunikasikan rebranding itu dan bagaimana mengubah mineset tentang kebudayaan yang tidak semata-mata pertunjukan kesenian itu tidak mudah.
"Berbicara kebudayaan itu sampai sekarang bahkan masih rancu. Budaya tetap dimaknai dengan kesenian. Padahal itu keliru. Budaya bukan sekadar seni, bukan sekadar entertainment. Tetapi di sini festival kebudayaan merupakan tempat belajar budaya baik warga Jogja sendiri maupun luar daerah. Kekayaan kebudayaan jadi inspirasi semua orang dari etnik manapun," ucap Butet.
Di tingkat kebijakan pun lanjutnya, pemahaman tentang kebudayaan masih tetap sebatas tontonan hingga ke tingkat Kementrian pun masih terjadi ‘gagal paham’ tentang konsep kebudayaan tersebut. Karena itu menurut Butet, FKY ini harus mampu menjadi agen perubahan pemikiran.
Demikian, FKY 2024 “Umpak Buka” hendak memapar dinamika antara yang statis dan yang bergerak, antara yang tetap dan yang berubah. Umpak sebagai elemen yang
tampak tidak berubah, sebenarnya menjadi momen seperti umpak buka yang menandai perubahan waktu, ruang, dan pengalaman manusia. FKY 2024 “Umpak Buka” tidak akan menempatkan benda-benda dan momen seperti artefak di etalase museum-museum modern yang cenderung mendinginkan pengetahuan. Namun, justru sebaliknya, benda-benda dihangatkan sebagai narasi dan pengetahuan yang terus bergerak.
Setiap benda menyimpan memori kolektif sebagai arsip hidup dan catatan sejarah di dalam realitas waktu yang bergerak. Dengan demikian, masa lalu dengan masa kini terhubung.
Sebagai upaya menelusuri kembali pengetahuan-pengetahuan benda yang tersimpan dalam relung-relung masyarakat, khususnya masyarakat Bantul, FKY 2024 meluncurkan program utama bernama Jelajah Budaya, Lokakarya, melakukan berbagai kunjungan dan praktik bersama pelaku benda di studionya, juga Pasaraya Benda, Wahana SDSB, Pawon Hajat Khasiat, dan pertunjukan seni di panggung FKY. FKY 2024. (*)