HI UMY Usung Wayang Kulit bagi Diaspora Indonesia di Sabah Malaysia

Dr Ratih Herningtyas membawa wayang Gatotkaca dan Kresna
Sumber :
  • Humas UMY

Jogja, VIVA Jogja – Tim Pengabdian Masyarakat Program Studi Hubungan Internasional (HI) UMY mengangkat wayang kulit Kresna dan Gatotkaca sebagai media pendidikan kewarganegaraan di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) Sabah Malaysia.

Kegiatan yang diketua oleh Dr Ratih Herningtyas, beranggotakan Dr Sugito, Sidiq Ahmadi, MA dan Zain Maulana ini, mengangkat tema tentang Bina Cinta Tanah Air untuk diaspora Indonesia di SIKK. Kegiatan ini juga dilaksanakan dengan menggandeng Dr Suzalie Mohamad dari Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan Universitas Malaysia Sabah sebagai kolaborator internasional.

Ketua Tim Pengabdian UMY Ratih Herningtyas, saat dihubungi pada Rabu (13/02/2025) mengatakan, alam cerita Mahabharata, tokoh Gatotkaca identik dengan tokoh kuat dan ksatria yang rela berkorban untuk negaranya. Sementara Kresna adalah tokoh diplomat yang melakukan diplomasi dalam upaya penyelesaian perang.

Ratih juga menyampaikan bahwa  kegiatan ini bertujuan menumbuhkan rasa cinta tanah air dengan memperkenalkan wayang kulit yang telah diakui UNESCO sebagai warisan dunia tak benda. Sebab menurutnya, pendidikan kewarganegaraan menjadi krusial dalam membentuk karakter serta kesadaran kebangsaan para siswa agar siswa tetap memiliki keterikatan dengan Indonesia meskipun berada di luar negeri.

Berdasarkan data dari Konsulat Jenderal RI di Sabah, diaspora Indonesia di Sabah  tercatat mencapai lebih dari 123 ribu orang dan 23 ribu diantaranya adalah usia sekolah.  Mayoritas diaspora Indonesia ini bekerja di ladang perkebunan sawit yang seringkali berada jauh dari akses pendidikan. “Maka dari itu kami di sini juga ingin ikut memperkenalkan dan menumbuhkan rasa cinta tanah air dari anak-anak asal Indonesia melalui wayang kulit, walau saat ini mereka berada di luar negeri,” imbuh Ratih.

Untuk memastikan setiap warga Indonesia memiliki akses terhadap pendidikan, Pemerintah Indonesia melalui SIKK, yang menurut Kepala SIKK, Sahyuddin, S.Pd, MA mengelola lebih dari 220 CLC ( Community Learning Center) yang tersebar di banyak Perkebunan sawit di Sabah, Tawau dan Serawak.

“Meskipun pendidikan adalah hak setiap warga negara, sayangnya masih banyak diaspora Indonesia yang masih belum terjangkau pendidikan yang ditawarkan CLC. Hal ini terkait dengan pelaksanaan kegiatan di bawah CLC yang sangat tergantung pada Pemerintah Indonesia, Pemerintah Malaysia dan Perusahaan Sawit yang mengelola perkebunan di wilayah Sabah,” ucap Ratih.