Ajak Mahasiswa Berwirausaha, Teten Masduki: Yang Dibutuhkan Entrepreneur by design
- VIVA Jogja/UGM
“Lulusan-lulusan perguruan tinggi lebih gampang. Apalagi kalau ke depan sejumlah negara mencetak entrepreneur barunya itu dengan melibatkan hasil-hasil riset di perguruan tinggi, kemudian di inkubasi oleh inkubator di kampus, dihubungkan dengan sumber-sumber pembiayaan, dan tentunya para entrepreneur yang berbasis riset inilah yang akan melahirkan ekonomi baru, dan enterpreneur yang kompetitif,” tuturnya.
Dengan terciptanya wirausaha dari kalangan terdidik, Menteri Teten meyakini wirausaha yang tercetak akan lebih inovatif, tangguh, dan siap berkompetisi di pasar global. “Kita butuh wirausaha yang penuh dengan inovasi dan kreativitas,” ucapnya.
Meski demikian, Teten mengakui belum semua perguruan tinggi memiliki kurikulum yang mendukung anak muda menjadi wirausaha. Padahal, ada survei menyebutkan bahwa 72 persen anak muda kini bercita-cita menjadi pengusaha, ketimbang karyawan.
“Memang, ada beberapa kampus yang sudah berubah pola pikirnya. Mereka tidak lagi mewajibkan skripsi melainkan business plan sejak awal kuliah. Setelah lulus sarjana, dia menjadi pebisnis,” ucap Menteri Teten di hadapan 600 mahasiswa.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni UGM Arie Sujito menyebutkan bahwa kolaborasi antara UGM dan KemenkopUKM RI bertujuan untuk membentuk wirausaha yang berdaya dan menciptakan ekosistem yang inklusif.
“Semua itu tidak mungkin hanya dinakhodai KemenkopUKM, tapi kita butuh kolaborasi,” tegas Arie. Menurut Arie, Indonesia harus bersiap untuk menyambut bonus yang demografi, dan diharapkan mahasiswa bisa menjadi kekuatan entrepreneur.
“Berwirausaha bukan untuk berkarir, tapi terlibat untuk pemberdayaan. Bahkan, harus menjadi arena pembentukan karakter, pemberdayaan, dan ajang menuangkan kreativitas, serta inovasi. Karena, keberlanjutan itu sangat penting,” pungkas Arie.