Audit Dapur Higienis Lapas Narkotika Nusakambangan: Sertifikasi Halal MUI di Depan Mata

Proses audit dapur Higienis Lapas Narkotika Kelas II A Nusakambangan
Sumber :
  • IST/Lapas Nusakambangan

Cilacap, Viva Jogja - Nusakambangan, pulau yang identik dengan penjara berkeamanan tinggi, kini menghadirkan cerita lain yang jauh dari sekadar tempat hukuman. 

Dalam upaya menjaga kualitas layanan kepada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Nusakambangan mengambil langkah strategis untuk memastikan dapur mereka mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). 

Kunjungan Tim Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto pada Rabu, 11 September 2024 lalu, menjadi babak penting dalam proses tersebut.

Kedatangan Tim LPPM bukan sekadar kunjungan biasa, melainkan agenda audit yang fokus pada pemeriksaan unit dapur Lapas. 

Kepala Lapas Narkotika Kelas IIA Nusakambangan, Rindra Wardhana, bersama jajaran pejabat struktural dari Seksi Pembinaan Narapidana dan Anak Didik (Binadik) serta Subsi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan (Bimkemaswat), dengan penuh antusiasme menyambut kunjungan tersebut.

 

Proses Audit untuk Sertifikasi Halal: Menggali Detil hingga ke Akar 

Audit ini mencakup aspek-aspek penting yang berhubungan langsung dengan makanan yang dikonsumsi oleh para WBP. Tidak hanya sekadar melihat bahan baku, Tim LPPM juga menyelidiki proses pengolahan makanan, alat-alat yang digunakan, hingga produk yang dihasilkan. 

Pemeriksaan ini dilakukan secara menyeluruh, memastikan bahwa segala sesuatunya sesuai dengan standar halal yang ditetapkan oleh MUI.

Kepala Lapas Rindra Wardhana menekankan pentingnya agenda ini bagi Lapas Narkotika Nusakambangan

“Kami sangat berterima kasih kepada Tim LPPM yang telah meluangkan waktu untuk mengunjungi dapur kami. Harapan kami, apa yang telah kami lakukan dalam rangka perbaikan demi perbaikan pada dapur higienis ini bisa berbuah hasil yang maksimal dalam penilaian audit kali ini,” ungkap Rindra, Selasa 17 September 2024.

Ia juga menambahkan bahwa seluruh jajaran Lapas Narkotika Kelas IIA sangat terbuka terhadap saran dan masukan dari pihak luar. 

“Kami siap menerima masukan yang konstruktif untuk terus meningkatkan kualitas layanan, agar dapat memenuhi standar sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Permenkumham) Nomor 40 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi Tahanan, Anak, dan Narapidana,” lanjutnya.

 

Sertifikasi Halal: Standar Baru dalam Layanan Lapas

Langkah yang diambil oleh Lapas Narkotika Nusakambangan ini tidak hanya berdampak pada citra positif di mata publik, tetapi juga memberikan jaminan tambahan bagi WBP mengenai keamanan dan kehalalan makanan yang mereka konsumsi setiap hari. 

Dengan adanya sertifikasi halal, diharapkan kualitas makanan di lapas semakin baik dan memenuhi kebutuhan spiritual para WBP yang sebagian besar beragama Islam.

Selain itu, dapur yang higienis dan berstandar halal ini juga menjadi bukti nyata bahwa lembaga pemasyarakatan tidak hanya berfungsi sebagai tempat pembinaan dari sisi hukum, tetapi juga berperan dalam menjaga aspek-aspek kesehatan dan kesejahteraan narapidana.

 

Langkah Maju untuk Pelayanan Prima 

Kepala Lapas Rindra Wardhana menutup pernyataannya dengan penuh harap. 

“Dengan adanya audit ini, kami yakin bisa lebih baik lagi dalam memberikan layanan kepada WBP. Kami berharap sertifikat halal dari MUI bisa segera kami dapatkan, dan ini menjadi pencapaian besar bagi kami di Lapas Narkotika Kelas IIA Nusakambangan,” pungkasnya.

Tak bisa dipungkiri, upaya keras yang dilakukan oleh Lapas Narkotika Nusakambangan ini menunjukkan bahwa lembaga pemasyarakatan tidak hanya sebatas tempat penahanan. 

Dengan berbagai inovasi, termasuk perbaikan dapur higienis dan sertifikasi halal, lapas kini juga menjadi tempat pembinaan yang mendukung pemenuhan hak-hak dasar WBP, termasuk kebutuhan konsumsi makanan yang bersih, sehat, dan sesuai syariat.

 

Arah Baru Pengelolaan Lapas: Fokus pada Kualitas Hidup Warga Binaan 

Transformasi dalam pengelolaan Lapas Narkotika Nusakambangan ini menandakan komitmen pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup WBP. 

Upaya untuk mendapatkan sertifikasi halal dari MUI juga menjadi simbol bahwa lapas-lapas di Indonesia sedang menuju arah yang lebih baik, dengan memperhatikan detail-detail kecil yang mungkin selama ini diabaikan.

Dengan langkah-langkah konkret seperti audit dapur ini, harapan besar pun tumbuh, bahwa lapas bukan sekadar tempat pengasingan bagi narapidana, tetapi juga ruang pembinaan yang menyeluruh. 

Jika sertifikasi halal berhasil diraih, ini akan menjadi model bagi lapas-lapas lain di Indonesia untuk menerapkan standar yang sama, sehingga pelayanan kepada WBP bisa terus ditingkatkan.

 

Sertifikasi Halal, Langkah Kecil dengan Dampak Besar  

Mendapatkan sertifikasi halal dari MUI mungkin terlihat sebagai langkah kecil, tetapi dampaknya begitu besar. Bukan hanya tentang makanan, tetapi juga tentang bagaimana lembaga pemasyarakatan di Indonesia sedang berubah menjadi lebih baik. 

Nusakambangan, yang dulu dikenal dengan citra seramnya, kini mulai dikenal dengan upaya-upaya positif dalam menjaga kesehatan, kebersihan, dan spiritualitas para WBP.

Dengan semua upaya ini, tidak menutup kemungkinan bahwa dalam waktu dekat, Lapas Narkotika Nusakambangan akan menjadi contoh bagi lapas lain, tidak hanya dalam hal pengelolaan dapur yang higienis dan bersertifikasi halal, tetapi juga dalam hal pelayanan yang prima kepada WBP.