Semoyo, Dari Kawasan Tandus Menjelma Jadi Desa Wisata yang Ijo Royo-royo
- VIVA Jogja/dok.mongabay
Pemikiran untuk melakukan konservasi ini bermula pada tahun 2004, ketika Suratimin dan beberapa orang rekannya merasa resah dengan lingkungan desanya yang mulai rusak.
Saat itu, dia mulai membentuk Serikat Petani Pembaharu (SPP) dengan belasan teman yang memiliki keresahan serupa.
"Ada beberapa permasalahan seperti penggunaan pupuk kimia secara berlebihan, penggunaan obat kimia yang banyak, itu kan menjadi salah satu yang merusak lingkungan," ujar Suratimin, warga Padukuhan Salak, Desa Semoyo.
Usaha konservasi ini melalui proses yang tidak singkat, Suratimin dibantu beberapa LSM saat itu harus melakukan studi banding ke berbagai tempat hingga puluhan bahkan ratusan kali.
Tantangan lain yang tidak kalah berat adalah menjaga kekompakan dan membuka wawasan masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Bahkan sampai saat ini menurut Suratimin persoalan tersebut masih kerap dialami.
"Paling berat adalah menjaga kekompakan masyarakat itu, sampai sekarang pun masih ada minus dan plusnya," tambah pria yang pernah meraih penghargaan Kalpataru di tahun 2013 itu.