Saat Warga Sambirejo, Menyulap Bekas Tambang Jadi “Tambang” Cuan
- VIVA Jogja/Pemprov DIY
“Warga sekitar bekerja sebagai pengelola wisata Tebing Breksi, membuka usaha kuliner, dan jasa lainnya. Secara perlahan, pengunjung terus meningkat. Bahkan pada tahun 2018, pengunjung mencapai satu juta orang,” papar Wahyu.
Tebing Breksi merupakan salah satu destinasi wisata bekas tambang yang terletak di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo. Awalnya, Tebing Breksi merupakan area tambang batuan yang menjadi sumber penghidupan warga di sekitarnya.
Batuan yang ada di Tebing Breksi pada mulanya merupakan abu yang dilontarkan Gunung Api Nglanggeran saat terjadi erupsi berpuluh-puluh tahun yang lalu. Berkubik-kubik abu tersebut mengendap menjadi lumpur dan mengeras menjadi batuan. Cuaca dan waktulah yang menjadikan abu hasil erupsi menjadi batuan besar di Desa Sambirejo.
Pada tahun 2014, gabungan peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) melakukan peninjauan pada Tebing Breksi dan mereka menemukan jenis batuan tufan yang langka.
Sehingga penambangan harus dihentikan dan pada tahun 2015 Tebing Breksi ditetapkan sebagai salah satu Geoheritage Yogyakarta.
Sejak saat itu, masyarakat setempat mulai berinisiatif untuk mengembangkan Tebing Breksi dengan kreativitas yang dimiliki.
Tebing bekas tambang setinggi sekitar 30 meter ini dipahat membentuk relief dan cerita pewayangan yang dihiasi dengan detail pada pahatannya.
Keindahan karya artistik yang dihasilkan ini kemudian disebarluaskan menggunakan media sosial, sehingga Tebing Breksi menjadi destinasi wisata yang populer di kalangan masyarakat.