Bencana Banjir di Kudus Mencekam, 2539 Warga Dua Kecamatan Mengungsi
- Arif/Viva Jogja
KUDUS, VIVA Jogja- Meluapnya Sungai Wulan akibat curah hujan yang tinggi, memaksa warga sejumlah desa di Kecamatan Kaliwungu dan Kecamatan Jati Kabupaten Kudus Jawa Tengah, harus mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Warga dari empat desa di Kecamatan Kaliwungu terpaksa mengungsi, karena rumah mereka terendam banjir hingga satu meter.
Lima desa yang terdampak banjir yakni Setrokalangan, Kedungdowo, Banget, dan Garung Kidul.
Sejak Jumat 24 Januari 2025, warga lima desa yang terdiri 774 Kepala Keluarga atau 2.539 jiwa harus mengungsi di lokasi pengungsian.
Banjir juga merendam 140 hektare sawah dan 112 unit rumah di kawasan tersebut.
Data yang diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kudus, banjir di Kecamatan Jati merendam wilayah Desa Pasuruan Lor tepatnya di Dukuh Goleng. Jumlah pengungsi baru mencapai terdapat 14 orang pengungsi.
"Bencana banjir ini berdampak signifikan bagi masyarakat, baik itu secara ekonomi, pendidikan, hingga kesehatan,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kudus, Mundir saat berada di lokasi Posko Banjir di Desa Setrokalangan.
Merespon kondisi warga terdampak banjir, Penjabat (PJ) Bupati Kudus, Herda Helmi jaya.
Ia mengunjungi Posko Banjir di Desa Setrokalangan untuk memastikan kebutuhan logistik bagi warga terdampak banjir.
Dirinya berharap kondisi banjir di Kecamatan Kaliwungu dan Jati segera surut. Sehingga aktivitas masyarakat kembali normal.
" Stok kebutuhan logistik untuk masyarakat masih aman. Semoga bencana ini lekas usai, dan masyarakat dapat kembali ke rumah masing-masing,” ujar Herda.
Untuk diketahui, banjir tahunan yang kerap melanda Kabupaten Kudus, khususnya daerah yang menjadi perlintasan aliran Sungai Wulan menjadi perhatian tersendiri bagi Pemkab Kudus.
Bersama Kepala BPBD Kudus, Camat Jati, dan Camat Kaliwungu, PJ Bupati Herda Helmijaya meninjau beberapa titik lokasi banjir.
Diantaranya di Dukuh Goleng dan Posko Banjir Desa Setrokalangan, termasuk juga meninjau pengerjaan kolam retensi di Desa Jati Wetan, Jumat 24 Januari 2025.
Herda menegaskan, pihak pemerintah pusat dan Pemkab Kudus tengah berupaya mengendalikan air melalui pengerjaan kolam retensi yang berlokasi di tepi Sungai Wulan.
Sementara pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana juga telah mulai menormalisasi Sungai Wulan dari sedimentasi yang terjadi.
“Semoga dengan adanya pengerjaan kolam retensi dan normalisasi ini, banjir dapat dikendalikan sehingga masyarakat dapat merasakan manfaatnya,” harapnya.
Kolam retensi yang berada di Desa Jati Wetan Kudus, mulai dioperasikan sejak awal tahun 2025.
Kehadiran kolam retensi ini dianggap menjadi solusi efektif mencegah genangan di daerah rawan banjir.
Herda menyebut, permukiman seperti Desa Tanjungkarang, Desa Jetis Kapuan, dan Desa Jati Wetan yang sebelumnya menjadi langganan banjir, kini relatif bebas dari genangan.
Herda juga turut memantau debit air yang mengalir dari Bendung Wilalung ke kolam retensi.
Dirinya berharap pengelolaan debit air dapat dilakukan secara optimal untuk memastikan desa-desa rawan banjir tetap aman.
“Alhamdulillah dengan adanya kolam retensi ini dapat menjadi solusi efektif untuk mencegah genangan di daerah rawan banjir. Semoga pengelolaan debit air dapat dilakukan secara optimal untuk memastikan desa-desa rawan banjir tetap aman,” ungkapnya.
Pemkab Kudus terus bekerja sama dengan pihak terkait lainnya berupaya maksimal menangani banjir melalui langkah-langkah strategis.
Termasuk optimalisasi infrastruktur seperti kolam retensi dan normalisasi sungai yang telah memberikan dampak positif bagi masyarakat.
“Berbagai upaya akan kami lakukan untuk menangani bencana tahunan ini, tentu dengan sinergi dan kolaborasi antar pihak terkait lainnya,” pungkas Herda yang baru menjabat PJ Kudus belum genap satu bulan ini.