Yuk “Ngejazz Tanpa Ngasorake” di Sanden Bantul
- jogja.viva.co.id/ Fuska SE
Jogja, VIVA Jogja – Tanpa terasa, event musik tahunan, Ngayogjazz yang digagas mendiang musisi Djaduk Ferianto sudah berlangsung selama 18 tahun berturut-turut, tanpa kenal lelah, menyusun, mengundang dan menghidangkan band-band dan musisi bergenre jazz ke tengah kehidupan masyarakat yang real. Kali ini, di tahun 2024, Ngayogjazz pun digelar tanpa menghilangkan konsep jazz untuk rakyat dan rakyat berhak bergembira.
Digelar di Dusun Kalimundu, Kalurahan Gadingharjo, Kapanewon Sanden, Bantul, pada Sabtu (16/11/2024) mendatang, Ngayogjazz yang senantiasa memilih zona merakyat ini menetapkan Dusun Kalimundu karena memiliki suasana yang asri, warganya sedari dulu memiliki kesadaran untuk merawat lingkungan dengan cara mengelola sampah desa secara mandiri, juga membuat kebun tanaman obat keluarga.
Kali ini Ngayogjazz menentukan tema "NgeJazz Tanpa Ngasoraké", yang diambil dari falsafah Jawa "Menang Tanpa Ngasorake" yang berarti; dapat mencapai sesuatu dengan cara yang baik, dan tidak merendahkan orang lain. Melalui tagline ini Ngayogjazz mengajak pemirsanya untuk merayakan kegembiraan tanpa harus menjatuhkan, menyatu dengan semangat saling menghargai tanpa merendahkan sesama.
Sedari awal, Ngayogjazz selalu berharap agar acara ini bisa menjadi wadah dan dukungan bagi talenta-talenta jazz muda dengan memberi panggung bagi musisi dan komunitas jazz. Agenda yang selalu ada di setiap perhelatan Ngayogjazz adalah silaturahmi, jamming session serta pertukaran ilmu dan pengalaman dalam workshop antar musisi bertajuk Reriungan.
Momen ini menjadi wadah untuk persemaian "bibit" musisi jazz, sehingga jazz akan selalu lestari dengan musisi-musisi berkualitas.
Praktisi Seni dan Budaya, Kusen Alipah Hadi saat berbicara dalam jumpa pers di Citywalk, Mataram City, Ngaglik, Sleman, Kamis (14/11/2024) siang, juga menyinggung kalau Ngayogjazz sudah tidak lagi membicarakan sebuah peristiwa budaya, tetapi sebagai peristiwa cinta yang dilakukan secara terus menerus. Laiknya ibadah, tanpa disuruh namun dilakukan secara reflek. "Ngejazz Tanpa Ngasorake lebih dari sekedar peristiwa budaya, inilah ibadah," katanya.
Sedang Kepala Dusun Kalimundu, Srihadi Joko Padmono mengatakan pengelolaan sampah di Kalimundu sudah dimulai sejak tahun 2017 dan terbentuklah Komunitas Pengelolaan Sampah Kalimundu (Kompak).