Ketua DP KORPRI Nasional Zudan Tegaskan Komitmen Percepatan Penanganan Stunting, Ini Tanggapan Menteri Wihaji
- IST
JAKARTA, VIVA Jogja - Dewan Pengurus KORPRI Nasional (DP KORPRI Nasional) menegaskan komitmennya dalam mendukung percepatan penanganan stunting di Indonesia sebagai bagian dari upaya mewujudkan Generasi Emas 2045.
Hal ini disampaikan dalam webinar bertajuk KORPRI Menyapa ASN seri ke-102 yang mengangkat tema "Strategi Percepatan Penurunan Stunting", Selasa 4 Maret 2025.
Acara yang digelar secara daring tersebut diikuti lebih dari 1.000 peserta yang berasal dari berbagai instansi pemerintah pusat dan daerah.
Webinar menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Ketua Umum DP KORPRI Nasional Prof. Dr. Zudan Arif Fakrulloh, SH, MH, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. H. Wihaji, S.Ag, M.Pd, serta Deputi Promosi dan Kerja Sama Badan Gizi Nasional (BGN) Dr. Drs. Nyoto Suwignyo, MM.
Webinar ini dimoderatori oleh Ketua Departemen Perlindungan Kesehatan ASN DPKN dr. Hariyadi Wibowo, SH, MARS.
Dalam sambutannya, Zudan menekankan bahwa penanganan stunting merupakan program prioritas nasional yang memerlukan sinergi lintas sektor, baik di tingkat pusat maupun daerah.
"Stunting bukan hanya tanggung jawab BKKBN semata, tetapi harus menjadi perhatian bersama semua pihak. KORPRI mendukung penuh program ini dan mengajak seluruh pengurus di kementerian, provinsi, serta kabupaten/kota, untuk turut serta dalam percepatan penanganan stunting," ujar Zudan yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN).
Menurut Zudan, Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai bagian dari anggota KORPRI diharapkan dapat mengambil peran nyata dalam menurunkan angka stunting, salah satunya melalui Gerakan Orang Tua Asuh yang digagas oleh BKKBN.
"ASN bisa menjadi contoh dengan terlibat langsung dalam memberikan dukungan kepada bayi dan anak-anak yang mengalami stunting. Dengan langkah nyata ini, kita bisa membantu menciptakan generasi Indonesia yang lebih sehat dan cerdas menuju Indonesia Emas 2045," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga serta Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Wihaji mengungkapkan bahwa percepatan penanganan stunting menjadi bagian penting dalam strategi pemerintah untuk memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM).
Menurutnya, stunting bukan hanya persoalan kesehatan, tetapi juga berdampak luas terhadap sektor ekonomi, pendidikan, hingga pembangunan berkelanjutan.
"Penanganan stunting bukan sekadar masalah kesehatan. Ini berkaitan langsung dengan kualitas SDM yang menentukan kemajuan bangsa. Program ini sejalan dengan visi Presiden dan Wakil Presiden dalam mewujudkan SDM unggul dan pembangunan keluarga berkualitas," ujar Wihaji.
Wihaji menambahkan, peran aktif seluruh pihak, termasuk ASN, sangat dibutuhkan dalam implementasi berbagai program penurunan stunting yang telah dirancang pemerintah.
Adapun Deputi Promosi dan Kerja Sama BGN Nyoto Suwignyo menyoroti pentingnya pemenuhan gizi sejak dini untuk mendukung tumbuh kembang anak. Menurut dia, pemenuhan kebutuhan gizi menjadi fondasi utama dalam meningkatkan kapasitas akademik dan produktivitas generasi mendatang.
"Kecukupan gizi harus diperhatikan sejak usia dini, mulai dari balita hingga remaja, agar mereka bisa tumbuh optimal. Kita perlu pendekatan kolaboratif antara pemerintah pusat dan daerah untuk memastikan pemenuhan kebutuhan gizi, termasuk melalui program makanan bergizi gratis," ujar Nyoto.
Melalui webinar ini, DP KORPRI Nasional berharap seluruh ASN semakin memahami peran strategis mereka dalam mendukung upaya penurunan angka stunting di Indonesia. Keterlibatan ASN diharapkan dapat mempercepat pencapaian target penurunan prevalensi stunting, sekaligus mendorong terwujudnya generasi sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi pada 2045.
Sebagai informasi, berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2023, angka prevalensi stunting nasional berada di angka 21,6 persen. Pemerintah menargetkan penurunan angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Keterlibatan ASN melalui berbagai program, seperti edukasi keluarga, pendampingan ibu hamil, hingga pemberian bantuan makanan bergizi kepada balita, menjadi salah satu kunci keberhasilan penanganan stunting di tingkat daerah.
"Melalui kolaborasi seluruh pihak, kami optimistis Indonesia dapat menurunkan angka stunting dan menyiapkan generasi unggul untuk menyongsong Indonesia Emas 2045," kata Zudan.