Siapkan Jurus Jitu Hadapi Naiknya Harga Bahan Pangan dan Transportasi di Yogyakarta
- hms
YOGYAKARTA, VIVAJogja- Langkah antisipatif menghadapi kemungkinan kenaikan harga di sektor transportasi dan bahan pangan, benar-benar disikapi serius Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta. Apalagi selama Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri.
Kebijakan pemerintah pusat terkait diskon tarif transportasi udara serta intervensi pasar murah di tingkat daerah, menjadi perhatian utama dalam menjaga stabilitas harga di Kota Yogyakarta.
"Secara pola, memang biasanya menjelang Lebaran inflasi meningkat, salah satunya harga transportasi mengalami kenaikan,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Yogyakarta, Mainil Asni pada press release kemarin.
Namun, kata Mainil, pihak BPS masih perlu melihat perkembangan lebih lanjut, terutama karena ada kebijakan pemerintah terkait diskon transportasi udara.
“Saat ini, kami belum tahu secara pasti seberapa besar diskon yang diberikan, kapan mulai diberlakukan, dan berapa lama durasinya," terang Mainil Asni.
Jika kebijakan itu hanya berlaku dalam satu atau dua hari dan hanya berlangsung dalam waktu singkat, imbuh Mailin, dampaknya mungkin tidak signifikan.
“Namun, jika diterapkan dalam jangka waktu yang lebih panjang, kebijakan ini bisa menjadi faktor penyeimbang dalam laju inflasi dari sektor transportasi,” terang Mailin.
Selain transportasi, beberapa komoditas bahan pangan juga mulai menunjukkan tren kenaikan harga. Berdasarkan pemantauan yang dilakukan bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) pekan lalu, sejumlah bahan pokok sudah mengalami kenaikan meskipun belum signifikan.
"Beberapa komoditas seperti telur ayam, minyak goreng, dan cabai rawit mulai mengalami kenaikan harga. Walaupun belum terlalu tinggi, pergerakan ini patut diwaspadai," tambahnya.
Mainil Asni menyebut pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta telah mengambil langkah strategis mengantisipasi lonjakan harga. Salah satunya menggelar pasar murah di berbagai kemantren.
Program pasar murah bertujuan membantu masyarakat mendapatkan bahan pangan dengan harga terjangkau, sehingga dapat menekan dampak inflasi menjelang Lebaran.
"Kami terus memantau perkembangan harga di lapangan, mengingat bulan Maret masih panjang. Prediksi untuk tiga minggu ke depan masih belum bisa dipastikan, tetapi dengan upaya yang dilakukan, diharapkan lonjakan harga bisa dikendalikan," tukas Mainil Asni.
Pada bulan Februari 2025, Mainil Asni mengungkapkan Kota Yogyakarta mengalami deflasi sebesar 0,85% dibandingkan Januari 2025. Jika dibandingkan dengan Februari 2024, inflasi tercatat sebesar 0,11%, dan secara tahun kalender (Januari-Februari 2025), terjadi deflasi sebesar 1,20%.
Ia menyebut, penurunan harga terbesar terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga. Kelompok itu mengalami deflasi 6,34% dengan andil 0,92% terhadap total deflasi bulan Februari.
"Penurunan ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang memberikan diskon tarif listrik. Jika sebelumnya diskon hanya berlaku bagi pelanggan prabayar, maka pada Februari 2025 berlaku juga bagi pelanggan pascabayar. Hal ini berdampak signifikan terhadap angka inflasi," jelasnya.
Sementara beberapa komoditas yang mendorong inflasi tahunan meliputi emas perhiasan, kopi bubuk dan iuran pembuangan sampah. Selain itu, sepeda motor, sigaret kretek mesin, mobil, bahan bakar rumah tangga, minyak goreng, serta cabai rawit.
“Tren deflasi telah terjadi selama dua bulan berturut-turut. Pada Januari 2025, deflasi tercatat sebesar 0,36%, dan pada Februari menjadi 0,85%, yang merupakan angka terendah dalam beberapa tahun terakhir,” pungkasnya.