Semoyo, Dari Kawasan Tandus Menjelma Jadi Desa Wisata yang Ijo Royo-royo

Pemandangan Desa Semoyo, Patuk, Gunungkidul
Sumber :
  • VIVA Jogja/dok.mongabay

Gunungkidul, VIVA Jogja - Puluhan tahun menjadi kawasan yang tandus dan gersang, Desa Semoyo, yang terletak di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, DIY, kini berubah wajah.

Mengolah Bandeng, Membangun Desa: Kisah Sukses Bumdesma Rukun Makmur yang Gaungnya Sampai Kanada

Wilayah yang terletak di sisi Barat Gunungkidul ini, belasan tahun hanya berupa lahan kering dan tandus. Namun, kini menjelma menjadi tempat yang sejuk dan asri.

Pasalnya, setelah ditetapkan menjadi Desa Kawasan Konservasi (DKK) oleh Bupati Gunungkidul pada tahun 2007, perlindungan terhadap kelestarian lingkungan di desa tersebut semakin terjaga.

Jelajahi Desa Wisata Sembungan: Dari Sunrise Menakjubkan hingga Wirausaha Lokal yang Menginspirasi!

Perubahan signifikan itu berkat gagasan Suratimin, salah satu warga desa setempat, yang sukses mengubah Semoyo jadi “ijo royo-royo”.

Berkat gagasan Suratimin, Desa Semoyo sudah jauh lebih asri dibandingkan beberapa tahun silam.

Guru Besar Pertanian UGM Dorong Konservasi Sumber Daya Genetik di Bidang Pangan

Suratimin

Photo :
  • VIVA Jogja/dok.mongabay

Luas kawasan konservasi ini mencakup semua padukuhan di Desa Semoyo dengan luas mencapai 576 hektare.

Pemikiran untuk melakukan konservasi ini bermula pada tahun 2004, ketika Suratimin dan beberapa orang rekannya merasa resah dengan lingkungan desanya yang mulai rusak.

Saat itu, dia mulai membentuk Serikat Petani Pembaharu (SPP) dengan belasan teman yang memiliki keresahan serupa.

"Ada beberapa permasalahan seperti penggunaan pupuk kimia secara berlebihan, penggunaan obat kimia yang banyak, itu kan menjadi salah satu yang merusak lingkungan," ujar Suratimin, warga Padukuhan Salak, Desa Semoyo.

Air Terjun Tamansari di Desa Semoyo

Photo :
  • VIVA Jogja/dok.desa semoyo

Usaha konservasi ini melalui proses yang tidak singkat, Suratimin dibantu beberapa LSM saat itu harus melakukan studi banding ke berbagai tempat hingga puluhan bahkan ratusan kali.

Tantangan lain yang tidak kalah berat adalah menjaga kekompakan dan membuka wawasan masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Bahkan sampai saat ini menurut Suratimin persoalan tersebut masih kerap dialami.

"Paling berat adalah menjaga kekompakan masyarakat itu, sampai sekarang pun masih ada minus dan plusnya," tambah pria yang pernah meraih penghargaan Kalpataru di tahun 2013 itu.

Untuk menyosialisasikan programnya, Suratimin mendirikan sebuah radio di rumahnya yang diberi nama Radekka, kependekan dari Radio Desa Kawasan Konservasi.

Melalui Radekka, Suratimin gencar menyosialisasikan program yang mengandung edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan kepada masyarakat.

Radio sendiri dipilih karena dirasa lebih fleksibel, dimana masyarakat bisa mendengarkan sambil melakukan pekerjaan sehari-hari. Selain melakukan sosialisasi melalui Radekka, kelompoknya juga kerap memberikan pelatihan kepada masyarakat seperti membuat pupuk dan pestisida alami.

Saat ini, Desa Semoyo telah menjadi rujukan banyak desa lain untuk melakukan konservasi. Selain itu, beberapa lembaga pendidikan juga menjadikan Semoyo sebagai tempat studi banding dan penelitian.

Suratimin berharap adanya kebijakan tegas dari pemerintah untuk mendukung program konservasi ini. Pasalnya usaha yang dilakukan oleh kelompoknya akan sulit mencapai hasil yang diinginkan tanpa ada dukungan dari pemerintah.

Bukan saja pemerintah, dukungan pun mengalir dari pihak swasta. Salah satunya dari PT Astra Internasional Tbk, yang memberikan dukungan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat.

Pada tahun 2024 ini, Desa Semoyo pun ditetapkan sebagai Desa Sejahtera Astra.

Desa Semoyo yang asri dan hijau ini, kini terus bergeliat dan mengeksplorasi potensi yang dimilikinya, berupa potensi wisata alam dan budaya.

Dengan adanya daya tarik wisata yang dimiliki menjadikan semangat bagi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat untuk mengelolanya menjadi Desa Wisata.

Produk wisata yang ditampilkan meliputi kawasan Air Terjun Jurug Tamansari dan aktivitas rafting di Sungai Oyo.

Track jeep di Desa Semoyo

Photo :
  • VIVA Jogja/dok.desa semoyo

Desa ini juga memiliki wisata track jeep, bagi mereka penyuka off-road.

Debit air di Air Terjun Jurug Tamansari akan meningkat ketika musim penghujan dan berkurang saat musim kemarau.

Selain itu, desa ini juga mengembangkan wisata budaya yang mengangkat kearifan lokal masyarakat berupa tradisi rasulan yang diadakan setahun sekali dan kesenian jathilan.

Upaya Suratimin bersama warga masyarakat Semoyo, telah mengubah kawasan tandus dan gersang, menjadi kawasan konservasi yang menjadi ruang hijau bagi kehidupan masyarakat setempat, sekaligus pundi-pundi kesejahteraan warga dari potensi wisata yang dieksplorasi secara cerdas dan bijak.