Siho, Abdi Dalem Kraton yang Mengguncang Jagat Maya dengan Tembang Jawa Melankolis
- VIVA Jogja/youtube @sihoacoustic1937
VIVA Jogja - Sorjan lurik hitam coklat dan blangkon - praktis telah menjadi penampilan ikonik-nya, sejak wara-wiri di jagat maya, tepatnya di kanal Youtube pada 2020 silam.
Ya, Siho yang membaiat dirinya sebagai penyanyi cover khusus tembang-tembang jawa melankolis, telah mengguncang jagat maya dengan pilihan bermusiknya itu.
Akun @siholiveacoustic1937 milik manajemen yang menanungi dirinya AMPro (Arya Music Production) telah menelurkan 1200 lagu cover dengan 627 ribu subscriber.
Video lagu-lagu covernya rata-rata menyedot ratusan ribu hingga jutaan penonton. Sungguh, sebuah pencapaian yang luar biasa!
Sontak, video covernya itu melambungkan nama Siho di jagat maya, utamanya di kanal Youtube dan Tiktok.
Warganet praktis lebih mengenal nama panggungnya itu, dibanding nama aslinya sendiri: Muhammad Hartono.
Dalam perbincangan dengan VIVA Jogja, pria kelahiran Kotagede, Jogjakarta, yang pada 19 September besok tepat berusia 43 tahun itu, mensyukuri betul berkah dari pilihannya dalam bermusik itu.
Dari ribuan video cover tembang jawa di kanal youtube, Siho mengaku mendapat berkah yang luar biasa untuk menafkahi keluarganya, istri dan seorang putra berusia 12 tahun.
“Alhamdulilah, semuanya bermula dari pandemi Covid-19 silam. Karena job menyanyi di hotel dan café praktis berhenti, saya dan teman-teman manajemen AMPro mencari cara untuk tetap bisa eksis bermusik. Akhirnya, dipilihlah membuat cover lagu dan menguploadnya di kanal youtube,” tuturnya, berkisah.
Waktu itu, kata Siho, banyak penyanyi yang mencover lagu-lagu bergenre pop. Siho berpikir, masih sedikit penyanyi yang memilih cover lagu-lagu jawa.
“Saat itu, baru ada dua penyanyi, yakni Dyah Novia dan Woro Widowati, yang cover lagu-lagu jawa. Dua-duanya perempuan. Belum ada laki-laki. Maka, kekosongan itu saya ambil,” ujar Siho.
Kebetulan, saat itu, lagu Ambyar ciptaan Didi Kempot tengah viral di kanal youtube. Maka, momentum itu menjadi awal yang manis dari kisah sukses karier bermusiknya.
Siho dan AMPro pun gencar merekam beragam tembang jawa karya maestro campursari, seperti Didi Kempot, Denny Caknan, Ndarboy Genk, dll.
Tak dinyana, video-video cover tembang jawa yang diluncurkannya, disukai warganet. Ribuan bahkan jutaan orang menonton, dan rela menjadi subscriber akun resmi miliknya. Boleh jadi, berkah itu buah dari kesabaran dan keikhlasan Siho dalam bermusik.
Motto “sabar dan ikhlas” sekaligus menjadi filosofi dalam hidupnya. “Kalau kita sabar dan ikhlas, pasti semuanya akan indah. Termasuk rezeki. Kita oyak pun kalau bukan rezeki pasti tak akan dapat. Rezeki kita sudah ditakar oleh Gusti Allah, pasti tidak tertukar,” ungkapnya bijak.
Apa yang menjadi pembeda Siho dengan penyanyi cover jawa lainnya? Boleh jadi, selain tampilan ikoniknya: sorjan lurik dan blangkon khas Jogja, pria kelahiran 19 September 1981 itu, juga memberi sentuhan khusus yakni akustik dan menjadi lagu pengantar tidur.
“Saya mengemas semua lagu cover menjadi enak didengar, membawa suasana tenang dan nyaman, dan membuat pendengarnya akhirnya tertidur. Makanya jadi lagu pengantar tidur atau menemani istirahat,” paparnya.
Lebih dari itu, Siho membawakan tembang-tembang jawa itu dengan resep khusus.
“Saya memahami lirik dan maknanya, menghayatinya, lalu membawakannya dengan hati,” ungkapnya.
Bakat bernyanyi Siho sudah tampak sejak kecil. Saat duduk di bangku SD, dia sudah menjadi jawara lomba mocopat se-Kota Jogja.
Dia mewarisi bakatnya itu dari ayah dan ibunya, yang pintar bernyanyi.
“Ayah saya tak bisa main musik, tapi pintar bernyanyi. Ibu saya keluarganya punya grup keroncong,” ujar pria yang menamatkan pendidikan manajemen farmasi dari sebuah PTS di kota gudeg ini.
Sejatinya, kata Siho, bermusik dan menjadi penyanyi cover, bukan pekerjaan utamanya.
“Ini profesi sambilan. Profesi saya yang utama adalah abdi dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sejak 2016. Jabatan saya, Bekel Anom,” imbuhnya.
Karena profesinya sebagai abdi dalem kraton itulah, kata Siho, menyanyikan cover tembang jawa sekaligus sebagai upaya dirinya nguri-uri (melestarikan) kebudayaan jawa.
Kendati hanya sambilan, namun jadwal Siho dalam bermusik terbilang padat.
Jadwal manggung atau off air-nya terbentang dari Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu dan Senin.
“Selasa khusus jadwal rekaman konten, dan Rabu libur, jadwal quality time bareng anak istri,” ujarnya.
Kamis malam, Siho bisa ditemui nyanyi di Susu dan Roti Bakar Om Bob Giwangan pada 19-00 hingga 21.00. Jumat main di Pondok Bakar Giwangan. Sabtu pagi di Kopi Babe Sleman, siangnya Kopi Legi Garden Resto Maguwoharjo.
Minggu pagi di Kopi Babe, siang di Kopi Legi, dan malam di Pondok Bakaran Manding. Senin malam main di Kopi Legi.
Itu baru jadwal rutin mingguannya. Kalau ditambah event khusus, kata Siho, jadwal perform-nya bertambah lagi hingga 10 kali dalam seminggu.
“Total saya bisa 40 kali perform dalam sebulan,” ungkap pria yang mahir memainkan alat musik gitar, keyboard dan drum ini.
Siapa saja pengguna jasanya? Mulai dari pejabat, pengusaha hingga masyarakat biasa.
Diantaranya, dia pernah nyanyi di acara ultah anak pejabat di Surabaya, acara ultah anak pengusaha tambang batubara di Tanah Bumbu Kalimantan Selatan, serta tasyakuran anggota DPRD di Jogja.
Bagi kamu yang penyuka video cover Siho Acoustic Jawa di kanal youtube, Siho dapat ditemui di Kampung Daleman, di Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kotagede, Jogjakarta, yang menjadi studio dari AMPro, sekaligus basecamp penyanyi cover tembang jawa itu.