Asal Muasal Sumpah Abadi Brawijaya V Terucap, Mitos Orang Cepu Dilarang Naik ke Lawu
- VIVA Jogja
KARANGANYAR, VIVA Jogja - Kabut misteri hingga saat ini masih menyelimuti Gunung Lawu.
Konon, Gunung yang memisahkan dua provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur serta memisahkan tiga Kabupaten, Karanganyar di Jawa Tengah serta Ngawi dan Magetan di Jawa Timur ini termasuk salah satu gunung yang diyakini sebagai pakunya pulau Jawa.
Salah satu misteri yang hingga kini masih menjadi rahasia alam yaitu adanya larangan bagi para pendaki yang kelahiran asli Cepu, Jawa Tengah.
Bahkan, bila larangan itu dilanggar, konon, pendaki yang kelahirannya di Cepu tidak bisa mencapai puncak Gunung Lawu.
Entah benar atau tidak, larangan bagi kelahiran Cepu naik ke puncak Gunung Lawu ini ada kaitannya dengan Sumpah Brawijaya di puncak Gunung Lawu.
Masih berdasarkan kearifan lokal masyarakat yang tingga di lereng Gunung Lawu, masyarakat Cepu,diyakinii masih keturunan dari Adipati Cepu.
Brawiaya V adalah raja terahir dari Kerajaan Majapahit. Meski dikabarkan menghabiskan sisa umur di Gunung Lawu dalam pengasingannya, namun tidak ada satupun yang mengetahui persis dimana makan sang penguasa Majapahit itu dimakamkan.
Karena hingga saat ini makam raja Majapahit itu menghilang tak berbekas dalam pengasingannya. Gunung Lawu diyakini sebagai tempat mengasingkan diri bagi Brawijaya.
Salah satu spiritual Budiyanto menjelaskan gunung Lawu diyakini masyarakat sekitar sebagaibtempat pelarian Prabu Brawijaya dari kejaran anaknya Raden Patah.
"Dalam pengusiannya, Brawijaya V itu di dampingi abdi dalem setianya, Sabdo Palon dan Noyo Genggong, " papar Budiyanto saat ditenui VIVA Jogja, Jumat (18/10).
Dalam pelariannya, ungkap Budiyono, Prabu Brawijaya lari ke Gunung lawu, karena mendapat wangsit bahwa kejayaan Majapahit dengan kepercayaan hindu akan memudar dan diganti dengan kejayaan Kerajaan baru yaitu Demak.
"Raden Patah sangat berharap agar ayahnya mau mengikuti kepercayaan Raden Patah. Namun Prabu Brawijaya menolak dan memilih menghindar dari pertumpahan darah, " terangnya.
Selain tak mau ada pertumpahan darah dengan putranya sendiri, keputusan Prabu Brawijaya ke gunung Lawu, juga untuk menjauh dari pasukan Adipati Cepu yang memiliki dendam kesumat kepada Prabu Brawijaya.
Adipati Cepu berani menuersnh Brawijaya V, karena dirinya sudah mendengar bila Kerajaan Majapahit mulai runtuh.
"Maka Adipati Cepu semakin berani menentang Brawijaya. Prabu Brawijaya lari ke arah puncak Gunung Lawu melalui hutan belantara, " terangnya.
Karena kecewa dan sakit hati terus di kejar pasukan adipati Cepu, maka terucaplah sumpah yang isinya orang dari daerah Cepu dan juga keturunan dari Adipati Cepu di larang naik ke Gunung Lawu.
Jika mereka melanggar akan mendapat celaka.
"Konon sumpah Prabu Brawijaya V diucapkan saat sang raja tengah berada ditempat persembunyiannya yaitu Hargo Dalem dan hargo Dumilang, " ujarnya.
Disinilah, sumpah itu diucapkan Prabu Brawijaya V Sampai saat ini pendaki dari daerah tersebut masih takut jika melanggar.
Bahkan para penjaga di pos masuk jalur pendaki akan memberikan saran, bila dari Kartu Tanda Penduduk saat melaporkan diri ke pos penjagaan sebelum naik ke puncak, diketahui kelahiran Cepu, akan menyarankan untuk tidak naik ke puncak Gunung Lawu
KARANGANYAR, VIVA Jogja - Kabut misteri hingga saat ini masih menyelimuti Gunung Lawu.
Konon, Gunung yang memisahkan dua provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur serta memisahkan tiga Kabupaten, Karanganyar di Jawa Tengah serta Ngawi dan Magetan di Jawa Timur ini termasuk salah satu gunung yang diyakini sebagai pakunya pulau Jawa.
Salah satu misteri yang hingga kini masih menjadi rahasia alam yaitu adanya larangan bagi para pendaki yang kelahiran asli Cepu, Jawa Tengah.
Bahkan, bila larangan itu dilanggar, konon, pendaki yang kelahirannya di Cepu tidak bisa mencapai puncak Gunung Lawu.
Entah benar atau tidak, larangan bagi kelahiran Cepu naik ke puncak Gunung Lawu ini ada kaitannya dengan Sumpah Brawijaya di puncak Gunung Lawu.
Masih berdasarkan kearifan lokal masyarakat yang tingga di lereng Gunung Lawu, masyarakat Cepu,diyakinii masih keturunan dari Adipati Cepu.
Brawiaya V adalah raja terahir dari Kerajaan Majapahit. Meski dikabarkan menghabiskan sisa umur di Gunung Lawu dalam pengasingannya, namun tidak ada satupun yang mengetahui persis dimana makan sang penguasa Majapahit itu dimakamkan.
Karena hingga saat ini makam raja Majapahit itu menghilang tak berbekas dalam pengasingannya. Gunung Lawu diyakini sebagai tempat mengasingkan diri bagi Brawijaya.
Salah satu spiritual Budiyanto menjelaskan gunung Lawu diyakini masyarakat sekitar sebagaibtempat pelarian Prabu Brawijaya dari kejaran anaknya Raden Patah.
"Dalam pengusiannya, Brawijaya V itu di dampingi abdi dalem setianya, Sabdo Palon dan Noyo Genggong, " papar Budiyanto saat ditenui VIVA Jogja, Jumat (18/10).
Dalam pelariannya, ungkap Budiyono, Prabu Brawijaya lari ke Gunung lawu, karena mendapat wangsit bahwa kejayaan Majapahit dengan kepercayaan hindu akan memudar dan diganti dengan kejayaan Kerajaan baru yaitu Demak.
"Raden Patah sangat berharap agar ayahnya mau mengikuti kepercayaan Raden Patah. Namun Prabu Brawijaya menolak dan memilih menghindar dari pertumpahan darah, " terangnya.
Selain tak mau ada pertumpahan darah dengan putranya sendiri, keputusan Prabu Brawijaya ke gunung Lawu, juga untuk menjauh dari pasukan Adipati Cepu yang memiliki dendam kesumat kepada Prabu Brawijaya.
Adipati Cepu berani menuersnh Brawijaya V, karena dirinya sudah mendengar bila Kerajaan Majapahit mulai runtuh.
"Maka Adipati Cepu semakin berani menentang Brawijaya. Prabu Brawijaya lari ke arah puncak Gunung Lawu melalui hutan belantara, " terangnya.
Karena kecewa dan sakit hati terus di kejar pasukan adipati Cepu, maka terucaplah sumpah yang isinya orang dari daerah Cepu dan juga keturunan dari Adipati Cepu di larang naik ke Gunung Lawu.
Jika mereka melanggar akan mendapat celaka.
"Konon sumpah Prabu Brawijaya V diucapkan saat sang raja tengah berada ditempat persembunyiannya yaitu Hargo Dalem dan hargo Dumilang, " ujarnya.
Disinilah, sumpah itu diucapkan Prabu Brawijaya V Sampai saat ini pendaki dari daerah tersebut masih takut jika melanggar.
Bahkan para penjaga di pos masuk jalur pendaki akan memberikan saran, bila dari Kartu Tanda Penduduk saat melaporkan diri ke pos penjagaan sebelum naik ke puncak, diketahui kelahiran Cepu, akan menyarankan untuk tidak naik ke puncak Gunung Lawu