Perjuangan Panjang Musodah Lawan Kanker Bersama Program JKN

Musodah dan Kartu JKN
Sumber :
  • VIVA Jogja/BPJS Kesehatan Cab Semarang

Demak, VIVA Jogja - Kumandang adzan dzuhur kala itu menggema di seluruh penjuru Dusun Njali, Bonang Kabupaten Demak. Tak ayal Musodah (47) merasakan keharuan yang semakin khidmat atas kesembuhan yang ia rasakan.

Bagaimana tidak, Program Jaminan Kesehatan (JKN) telah membersamai dirinya serta memberikan asa baru. Menggantungkan hidup sehari-hari hanya sebagai petani, tak pernah terbesit sedikitpun dalam benaknya harus menjadi penyintas kanker payudara.

Seolah takdir dirasakan tidak adil bagi Musodah, namun kenyataannya pertolongan selalu datang dari berbagai penjuru. Musodah mengaku salah satu pertolongan itu dengan terdaftarnya dirinya menjadi peserta JKN.

Bahkan, pemerintah juga membayarkan iurannya. Tentu, meski hantinya begitu kalut keluarganya tak perlu risau atas biaya pengobatan.

“Saya tidak menyadari kalo di payudara saya ada benjolan ternyata uda besar. Saya mengeluh ke bapak dan diajak ke Puskesmas. Dokter puskesmas melakukan pemeriksaan ke saya, dan memang benar ada benjolan sudah besar saat itu juga dirujuk ke RSUD,” ucap Musodah, Selasa (21/1/2025).

Menuruti saran dokter puskesmas, Musodah berboncengan sepeda motor dengan suaminya ke RSUD Sunan Kalijaga Demak. Mulanya ia menjalani biopsi untuk memeriksa benjolan tersebut.

Namun kenyataan pahit harus diterima dirinya. Dokter memberikan saran pada dirinya untuk menjalani operasi pengangkatan payudara sebelah kanan.

“Karena sudah terlanjur parah, dokter sampai bilang ke saya, ibu apa tidak lebih sayang dengan kesehatan ibu jika tidak segera dioperasi. Ya Allah Gusti mesti gimana, kok sampai kaya begini begitu di cek ternyata sudah stadium dua,” ucapnya mengenang saat-saat itu.

Sempat berpikir-pikir apakah ia harus menjalani operasi atau tidak. Tak hanya keluarga, namun tetangga sekitar rumahnya turut memberi dukungan agar dirinya kembali sehat seperti sedia kala.

Hingga akhirnya Musodah memutuskan untuk menjalani operasi pengangkatan kanker. Berjalan dengan lancar, pengobatan Musodah terus berlanjut ke kemoterapi.

Kali ini pengobatannya semakin jauh, karena dirinya harus di rujuk ke Kota Semarang.

“Saya menjalani kemoterapi sebanyak enam kali. Bahkan, sampai saat ini saya juga masih rajin kontrol ke semrang, bolak balik naik bus karena cukup jauh dari sini. Bapak kasihan kalo saya harus naik motor berboncengan ke Semarang,” ujarnya.

Meski demikian, Musodah masih merasa bersyukur. Ia melihat sendiri diluar sana banyak pejuang kanker yang harus menghadapi kemoterapi berpuluh-puluh kali. Sedangkan dirinya hanya beberapa kali sudah dinyatakan bersih dari kanker.

“Selama menjalani operasi dan pengobatan juga memanfaatkan Program JKN semuanya tidak ada nambah bayar iuran. Obat-obatan diberi lengkap juga dijelaskan oleh petugas rumah sakit,” ucapnya.

Apabila memang dirinya tidak memahami suatu prosedur atau pengobatan yang akan dijalani kedepannya petugas rumah sakit sangat sabar menjelaskan. Hingga akhirnya ia dan suami memahami.

Menurut pengalaman yang ia rasakan, tidak ada perbedaan pelayanan antara peserta JKN maupun pasien umum.

“Alhamdulillah, jika pengobatan saya dijamin oleh BPJS Kesehatan, ya gimana ya mba mboten wonten ingkang di sade. Saya tidak punya apa -apa. Kami hanya bisa pasrah. Apalagi pernah dikasih tau untuk kemo bisa sampe 15 juta,” ucapnya.

Besar harapan Musodah dan suami agar Program JKN ini terus ada sampai kapan pun. Menurutnya, jika tidak ada Program JKN bagaimana nasib masyarakat seperti dirinya yang bisanya hanya pasrah atas keadaan karena tidak ada biaya untuk berobat.

“Kami percaya Program JKN ini akan terus ada dan melindungi kami,” tutupnya.