Saptohoedojo: Seniman Eksentrik, Penyampai Pesan Batin
- VIVA Jogja/ist
VIVA Jogja - Di balik kanvas yang penuh warna dan patung-patung yang menggugah, tersembunyi jejak kehidupan seorang seniman besar Indonesia yang tak hanya menorehkan karya, tetapi juga legenda: Saptohoedojo.
Ia bukan hanya pelukis dan pematung, tapi juga mertua dari Presiden ke-5 Indonesia, Megawati Soekarnoputri. Namun status itu tak pernah menjadi sorotan utama dalam hidupnya—karena Sapto sudah terlebih dahulu berdiri kokoh sebagai sosok seniman otentik yang hidup dalam dunia penuh obsesi, idealisme, dan kemerdekaan artistik.
Lahir di Gombong, Jawa Tengah, 1925, Saptohoedojo dibesarkan dalam lingkungan priyayi Jawa yang penuh disiplin dan nilai-nilai tradisional. Namun, jiwanya justru memberontak pada keteraturan dan batasan. Sejak muda, ia memilih jalur seni yang bebas, menekuni lukisan dan patung dengan pendekatan yang sangat personal.
Ia sempat belajar di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta, namun tak lama kemudian keluar karena tak sepaham dengan sistem pendidikan yang menurutnya terlalu kaku. Sapto dikenal sebagai pribadi eksentrik, perfeksionis, dan sangat filosofis.
Dalam banyak wawancara, ia sering mengungkapkan bahwa seniman bukan sekadar pembuat karya, melainkan penyampai pesan batin dan suara zaman. Ia menyebut seni sebagai “alat untuk menangkap roh budaya” dan dirinya sebagai “pengembara dalam dunia bentuk”.
Salah satu obsesi terbesar Saptohoedojo adalah menggali kekayaan budaya Nusantara dan mengangkatnya ke dalam karya modern. Ia memadukan unsur batik, wayang, mitologi Jawa, dan simbolisme dengan gaya ekspresionis dan dekoratif yang khas.
Dalam patung, ia sering memahat sosok perempuan atau figur mitologis dengan bentuk yang dramatik dan padat emosi. Tak hanya melukis dan mematung, Sapto juga kerap membuat sketsa, desain grafis, hingga ilustrasi buku. Ia produktif sepanjang hidupnya, dengan ribuan karya yang kini tersebar di berbagai koleksi pribadi dan institusi.