Permintaan Kain Sarung Pohon Korma Kota Tegal Meningkat, Kendala Banjir dan Biaya Kontainer Jadi Sorotan

Pengusaha garmen Tegal Jamaludin Al Katiri
Sumber :
  • Viva Jogja

TEGAL, Viva Jogja – Memasuki bulan Ramadhan dan Idul Fitri 2025, permintaan kain sarung Pohon Korma dari Kota Tegal melonjak tajam sejak Desember 2024.

Banjir Brebes, Pemprov Jateng Salurkan Logistik Kebencanaan Rp478 Juta

Peningkatan ini diungkapkan oleh Jamaludin Al Katiri, pemilik PT Asaputex Jaya, produsen kain sarung Pohon Korma. 

Saat ditemui di kantornya di Jalan Gajahmada, Kota Tegal, Rabu, 22 Januari 2025, Jamaludin menjelaskan, meski permintaan naik hingga hampir 100 persen, berbagai kendala justru menjadi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan pasar, baik di dalam maupun luar negeri.

Video Banjir Dekat Proyek Underpass Joglo Solo Viral di Media Sosial

Sejak akhir Desember 2024 hingga awal Januari 2025, banjir melanda sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Tegal, Pekalongan, dan daerah lain di Jawa Barat. 

Menurut Jamaludin, kondisi ini menjadi masalah besar dalam proses distribusi.

Dampak Kenaikan PPN 12% Terhadap Industri Tekstil di Tegal

“Banyak jasa ekspedisi yang berhenti beroperasi sejak Desember 2024 dan baru buka kembali pada minggu kedua Januari 2025,” ungkap Jamaludin.  

Namun, ia menambahkan, banjir di Pekalongan yang kembali terjadi baru-baru ini semakin memperburuk situasi pengiriman. 

“Untuk mengirim barang ke Jakarta saja, biasanya hanya butuh dua hari, sekarang bisa sampai seminggu. Kalau ke luar Jawa, waktu pengiriman bisa mundur sampai tiga minggu hingga satu bulan,” keluhnya.

Selain masalah banjir, Jamaludin juga menyoroti lonjakan biaya kontainer untuk ekspor. 

Ia menyebutkan bahwa ongkos pengiriman ke Dubai dan Afrika yang sebelumnya berkisar USD 2.000–3.000 kini melonjak menjadi USD 6.000–7.000.

“Banyak kapal besar tertahan di Singapura karena ruangannya sudah diambil oleh produsen dari Tiongkok,” ujar Jamaludin. 

Akibatnya, kuota kontainer untuk Indonesia menurun drastis, dari kebutuhan 100 kontainer hanya terpenuhi 30–40 kontainer. 

“Kita harus berebut, sehingga ongkosnya naik. Ini beban tambahan yang harus kami tanggung,” jelasnya.

Meski dihadapkan pada berbagai kendala, Jamaludin memberikan apresiasi terhadap keputusan pemerintah Presiden Prabowo yang menunda kenaikan PPN dari 11 persen ke 12 persen. 

Menurutnya, hal ini memberikan sedikit ruang bagi pelaku UKM seperti dirinya untuk bertahan di tengah situasi sulit.

Ia juga berharap pemerintah dapat memprioritaskan penggunaan produk UKM lokal sebagai suvenir Idul Fitri mendatang. 

“Jika pemerintah bisa memberikan dukungan nyata, dampaknya akan sangat besar bagi kami, terutama menjelang Ramadhan,” tambah Jamaludin.

Dalam upaya mengatasi keterlambatan pengiriman akibat banjir dan mahalnya biaya kontainer, Jamaludin mengambil langkah drastis dengan menyewa kendaraan sendiri untuk distribusi ke luar Jawa.  

“Cost-nya bisa dua kali lipat, tapi barang kami bisa sampai dalam waktu satu minggu,” ujarnya. Menurutnya, langkah ini lebih baik daripada menunda pengiriman hingga waktu yang tidak menentu.

Jamaludin berharap pemerintah daerah, khususnya Walikota dan Bupati Tegal, dapat menyediakan fasilitas gudang pengiriman hasil UKM di wilayah bebas banjir. 

Hal ini dinilai penting untuk mempercepat proses distribusi ke Jakarta dan daerah lain.

Untuk ekspor, ia juga meminta agar Kementerian Perdagangan berperan aktif dalam mengupayakan harga kontainer yang lebih kompetitif serta menjamin kuota kontainer untuk eksportir lokal.

“Kami butuh kecepatan dan efisiensi, terutama di momen Ramadhan ini,” pungkasnya.

Lonjakan permintaan kain sarung Pohon Korma menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 2025 menjadi berkah bagi para pelaku usaha, namun tantangan logistik akibat banjir dan kenaikan biaya kontainer masih menjadi hambatan besar. 

Dukungan nyata dari pemerintah diharapkan mampu membantu UKM mengatasi masalah ini, sekaligus memperkuat daya saing produk lokal di pasar internasional.