Nestapa Suripah asal Kudus, Berjuang Melawan Penyakit Lupus di Tengah Lilitan Kemiskinan Akut
- arif
KUDUS, VIVAJogja- Tingkat kemiskinan di Kabupaten Kudus Jawa Tengah yang kini diklaim mengalami penurunan tiap tahunnya, namun ternyata masih saja ditemukan warga yang kondisinya sangat memprihatinkan.
Nasib kurang beruntung itu harus dialami Suripah, warga Desa Setrokalangan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus. Di gubuk kecil miliknya, perempuan berusia 50 tahun ini harus berjuang melawan sakit lupus yang ia derita selama tujuh tahun ini.
Hanya bergantung hidup dari berjualan jajanan cilok dan hidup seorang diri, Suripah tetap bersemangat demi harapan untuk sembuh di masa datang.
Menurut dokter yang pernah memeriksanya, Suripah menderita lupus atau penyakit yang disebabkan sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel-sel di dalam tubuhnya.
Berbagai upaya penyembuhan pernah dilakukan Suripah. Namun karena keterbatasan biaya, membuat Suripah pun pasrah. Penderitaan Suripah pun makin bertambah.
Sejak banjir menggenang di kampungnya 2 pekan lalu, Suripah tak punya penghasilan karena tak bisa berjualan cilok. Sebelum banjir melanda, penghasilan Suripah tak lebih dari Rp 50 ribu sehari.
Suripah hidup sendiri setelah ditinggal mati suami dua tahun lalu. Anak satu-satunya Suripah tinggal di Surabaya bersama suaminya. Praktis sehari-hari, ia menanggung derita sendiri dan berteman dengan televisi mati.
"Banjir membuat saya tidak bisa kemana-mana, saya tidak punya beras untuk makan," ujar Suripah saat ditemui di rumahnya sederhana dan jauh dari kata layak.
Terlihat langkah kaki Suripah pun makin berat, akibat menahan sakit nyeri yang menyerang tubuhnya. Penderitaan perempuan asal Desa Setrokalangan pun tak banyak yang tahu.
Tragisnya, penjual cilok ini mengaku pernah tidak bisa makan selama dua hari. Kondisi itu dialami Suripah saat banjir melanda kampungnya beberapa pekan lalu.
Keterbatasan gerak menahan rasa sakit, Suripah terpaksa berdiam diri di rumah. Karena desakan lapar yang melilit perutnya, ia harus meminjam beras kepada tetangganya.
Dengan tenaga sekuat demi kesehatannya, Suripah masih harus menjalani pengobatan di salah satu rumah sakit Semarang. Pengobatan itu harus dilakukan, agar tubuhnya tidak membiru dan nyeri.
"Kalau berobat naik bis dan kemudian ngojek di rumah sakit Semarang, sebab di Kudus belum ada obatnya," ucap Suripah dengan nada lirih sambil mengusap air matanya.
Perempuan kelahiran Kendal ini pun didera rasa khawatir. Sebab jika banjir kembali menggenang, tentu membuat kesehatannya semakin terganggu. Sebab akibat diserang penyakit tersebut, memaksanya tidak boleh banyak bergerak dan terkena sinar matahari.