Imajinasi Sosok Mbah Petruk dalam Asap Awan Panas Guguran di Gunung Merapi

Gunung Merapi
Sumber :
  • Twitter BPPTKG

Jogja – Awanpanas guguran dikeluarkan Gunung Merapi pada Minggu (12/3) pagi. Awanpanas guguran ini membuat kepulan asap yang sepintas mirip dengan sosok tertentu.

Selama Seminggu, Merapi Keluarkan 160 Kali Guguran Lava

Kepulan awan yang membentuk sosok tertentu ini pun sempat viral di media sosial. Sejumlah netizen menarasikan jika sosok di awan tersebut adalah sosok Mbah Petruk yang dikenal sebagai salah satu makhluk 'penunggu' Gunung Merapi.

Menanggapi viralnya foto tersebut dengan imajinasi pada sosok tertentu, Kepala Program Studi (Prodi) Desain Komunikasi Visual (DKV) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Daru Tunggul Aji pun angkat bicara. Daru menyebut jika imajinasi terhadap bentuk-bentuk tertentu pada awan ini terpengaruh pada pemahaman masyarakat.

3 Bukti Pelaku Mutilasi di Kaliurang Rencanakan Aksi Sadisnya dengan Matang

"Dalam memandang atau melihat sebuah foto ada beberapa hal yang dilihat oleh si pemandangnya. Pertama adalah fakta peristiwa. Kedua adalah imajinasi," ucap Daru saat dihubungi, Minggu 12 Maret 2023.

"Jadi antara fakta peristiwa dan imaji si pemandang akan berpengaruh pada pola persepsi visual. Apa yang dipersepsikan oleh si pemandang belum tentu dapat diklaim sebagai sebuah kebenaran. Hal yang demikian bersifat sangat personal dan tidak dapat digeneralisir," sambung Daru.

3 Hal Yang Terungkap Dari Surat Pelaku Mutilasi di Kaliurang

Daru membeberkan imajinasi netizen melihat potongan video atau visualisasi dari asap letusan Gunung Merapi ini didasari pula dengan budaya yang sering mempengaruhinya. Termasuk ketika menarasikannya sebagai sosok Mbah Petruk.

"Nah, dalam kasus tersebut, masyarakat sudah lekat dengan anggapan bahwasanya kemunculan Mbah Petruk yang kerap dihubung-hubungkan dengan misteri di Gunung Merapi, terutama yang berkaitan dengan erupsi," terang Daru.

"Ini kembali lagi pada persepsi dan imajinasi masing-masing orang yang tentu saja tidak bisa digeneralisir. Jadi lebih ke faktor kebudayaan yang dianut oleh seseorang, jadi juga berpengaruh dalam membangun persepsi ketika melihat sebuah karya foto," imbuh Daru.