BPR Syariah Leadership Forum: Menuju Sinergitas Jejaring
- jogja.viva.co.id/ Fuska SE
Ditambahkan Alfi Wijaya, acara ini juga bertujuan untuk terus memperkuat kerja sama dan kolaborasi antar pemimpin BPRS, serta komitmen untuk terus memperbaiki dan mengembangkan industri perbankan syariah di Indonesia.
Hal lain, Ketua Umum HIMBARSI ini juga tidak menyangkal jika BPRS juga menghadapi masalah Non Performing Financing atau kredit macet dengan rasio 9,11 persen (Data per Oktober 2024). “Tapi BPRS masih lebih baik dibandingkan BPR konvensional yang 11,5. 11,8%,” ungkapnya.
Peningkatan ini disebabkan oleh berakhirnya ketentuan relaksasi pandemi Covid-19 pada Maret 2024, selain itu, dinamika ekonomi global yang juga berkontribusi pada peningkatan kredit macet.
“Kita yakin, dengan peningkatan kepercayaan masyarakat yang dibuktikan dengan meningkatnya pertumbuhan dana ketiga di BPRS, dan juga produk terbaru yakni Pembiayaan Taawun Haji dan Umroh, maka jaringan bisnis yang bergerak di bidang syariah, akan membangun dan mengelola ekosistem secara Bersama,” ucapnya.
Dampak Efisiensi
Hal lain, Alfi Wijaya juga menanggapi upaya efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah. Menurutnya, BPR Syariah masih wait and see. “Sekarang belum terasa langsung, cuman harus hati-hati. Nanti kita akan lihat 2-3 bulan ke depan, secara langsung mungkin itu bisa mengurangi pergerakan ekonomi,” katanya.
Namun menurutnya, jika efiensi anggaran pemerintah itu kemudian bisa disalurkan ke sektor-sektor yang mampu memicu multiplayer efek, maka hal itu akan mampu menggerakkan perekonomian Indonesia.