Gunung Merapi Luncurkan Awan Panas arah Barat Daya Sejauh 1,1 Kilometer

Awan panas Gunung Merapi meluncur 1,1 kilometer ke barat daya
Sumber :
  • Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta

Jogja, VIVA-JOGJA - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menerbitkan data bahwa awan panas guguran Gunung Merapi terjadi pada Rabu (18/09/2024) pukul 09.05 WIB.

Airport Yogya tambah Tiga Rute Domestik

Luncuran awan panas guguran Gunung Merapi terdeteksi dengan amplitudo maksimal 43 mm, durasi 112 detik dengan jarak luncur 1.100 meter atau 1,1 kilometer menuju ke arah Barat Daya (Kali Bebeng) dan dapat diamati secara langsung oleh Masyarakat.

Kepala BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santoso dalam keterangannya menyatakan, kondisi cuaca cerah dengan angin bertiup tenang ke arah timur pada suhu udara 12.5-17 °C, kelembaban udara 69-79.5 persen dan tekanan udara 871.5-918 mmHg.

14.212 Tanah Kasultanan Yogya dan Pakualan telah Tersertifikat

Sebelumnya sepanjang periode pengamatan pukul 00.00-06.00 WIB, Gunung Merapi teramati meluncurkan 14 kali guguran lava ke arah Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimum 1500 meter (1,5 kilometer) dan secara visual, teramati asap kawah bertekanan lemah berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah Gunung Merapi.

Dikatakan, hingga saat ini Gunung Merapi masih dalam berstatus Siaga atau Level III, dengan potensi bahaya berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 kilometer.

Grebeg Maulid Kraton Yogyakarta 2024: Persembahan Raja untuk Rakyatnya

Sedang sektor Tenggara, ancaman bahaya guguran lava dan guguran awan panas, terjadi di Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol 5 kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

“BPPTKG akan terus mengamati aktivitas Merapi dan data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awanpanas guguran di dalam daerah potensi bahaya,” ujar Agus Budi Santoso,

Halaman Selanjutnya
img_title