Kisah Pegiat Literasi dari Lereng Medini, Buat Sayembara Berhadiah Ternak
- VIVA Jogja/dok KLM
Praktis, bantuan itu menambah koleksi buku, dari semula hanya 100-an judul buku, kini koleksi mereka mencapai lebih dari 3.000 judul buku.
Pada 2008, Heri dan Sigit kemudian mengubah taman bacaan itu menjadi Komunitas Lereng Medini (KLM).
Nama Medini, diambil dari nama perkebunan teh Medini yang berada di lereng sebelah barat Gunung Ungaran.
KLM bermetamorfosa, dari taman bacaan dan perpustakaan gratis menjadi komunitas pencinta dan penikmat sastra.
Beragam acara seperti bedah karya sastra, musikalisasi puisi, pentas teater, bulan bahasa, dan parade sastra, menjadi sentral kegiatan KLM.
Hal itu sesuai visi misi KLM, yakni mengenalkan sastra dan bacaan pada masyarakat secara lebih luas, menumbuhkambangkan ruang berkarya, berkreasi, dan ekosistem kepenulisan bagi masyarakat. mendekatkan akses buku bacaan pada masyarakat, serta meningkatkan tingkat literasi di masyarakat.
‘’Salah satu kegiatan unggulan kami, yakni Kemah Sastra, yang sudah empat kali digelar. Dulu acara ini bernama parade obrolan sastra. Lima tahun terakhir, kami ganti dengan kemah sastra. Spirit acara ini, mendekatkan penikmat sastra dengan para maestro sastra. Tak hanya bahas sastra an sich, tapi didalamnya ada dimensi kebudayaan, kebahasaan dan literasi,’’ paparnya.
Animonya terbilang luar biasa. Rata-rata 150 orang hadir menjadi peserta kemah sastra.
Biasanya, KLM mengundang sekolah-sekolah di sekitar Kendal, untuk mengirim siswanya sebagai peserta.
Pihak sekolah cukup antusias. Setiap sekolah rata-rata mengirim lima orang siswa.
‘’Peserta juga datang dari jauh. Pernah ada 10 mahasiswa dari Universitas Trunojoyo di Madura, jauh-jauh datang untuk ikut kemah sastra. Ada pula mahasiswa dari Salatiga, Solo dan Jogja, Mereka datang karena jejaring perkawanan,’’ ujarnya.
Menurut Heri, pihaknya tak memungut biaya tertentu. Para peserta membiayai sendiri transportasi ke lokasi acara. Untuk akomodasi tenda disiapkan panitia.