Kisah Pegiat Literasi dari Lereng Medini, Buat Sayembara Berhadiah Ternak

Heri Chandra Santoso bersama anak-anak anggota KLM
Sumber :
  • VIVA Jogja/dok KLM

 

Heri dibantu sahabatnya, Sigit Susanto, yang jauh-jauh datang dari Swiss. Sigit yang sama-sama asli Boja, sudah bertahun-tahun merantau ke Swiss dan beristrikan wanita bule.

Sigit, yang sama-sama pecinta sastra, bahkan menyediakan rumahnya di Jalan Raya Bebengan 221, Desa Bebengan, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, yang lama ditinggalnya merantau, menjadi pondok bacaan, sekaligus padepokan sastra.

Mereka mulai memperkenalkan bahasa dan sastra kepada warga desa dan sekitarnya.

"Sigit merupakan admin milis Apresiasi Sastra. Dari sana, kami dipertemukan untuk menggagas berdirinya taman bacaan dan perpustakaan gratis bernama Pondok Maos Guyub,’’ ungkapnya.

Taman bacaan dan perpustakaan itu semula hanya mengoleksi buku-buku milik pribadi Heri dan Sigit.

Selain buku bertema umum, banyak dari koleksi buku itu bertemakan sastra, karya para masterpiece dan peraih nobel sastra.

Gayung bersambut, respon warga sekitar terbilang antusias. Dalam sehari, tak kurang 40-50 orang menyambangi taman bacaan tersebut. Seiring waktu berjalan, kedua karib itu rupanya tak puas.

Mereka merasa perpustakaan tak lebih dari sebuah museum. ‘’Harus ada ruang untuk bersapa, berbagi pengalaman, dan ruang untuk belajar bersama,’’ ujar Heri.

Mereka pun melakukan inovasi dan kreasi, di antaranya melakukan kegiatan Sastra Sepeda (memperkenalkan karya sastra dengan bersepeda keliling kampung).

Rupanya kegiatan unik tersebut, banyak menarik minat warga, termasuk juga diliput oleh media massa.

Tak pelak, banyak pihak dari luar Boja, yang kemudian berdatangan dan sukarela memberikan bantuan buku-buku.