Menemukan Surga di Sembungan, Desa Tertinggi di Pulau Jawa

Sunrise di Puncak Sikunir
Sumber :
  • VIVA Jogja/Kemenparekraf RI

Peserta datang sendiri ke lokasi gedung pengolahan sampah, mendengarkan pemaparan petugas Pokdarwis. Pengunjung bisa melihat proses produksi pembuatan biogas dari bahan sampah organik.

Sampah organik yang telah dicacah-cacah dimasukkan ke digester yang menjadi sumber energi menyalakan kompor gas dan lampu penerangan. Selain wisata alam, Desa Wisata Sembungan memiliki daya tarik budaya.

Di sini, ada ruwatan rambut gimbal. Ini merupakan upacara pemotongan cukur rambut pada anak-anak berambut gimbal, untuk membersihkan dari hal-hal buruk. Ritual ruwatan ini biasanya diadakan pada tanggal satu sesuai kalender Jawa suro.

Ruwatan anak gimbal

Photo :
  • VIVA Jogja/Dinas Pariwisata Jateng

Produk ekonomi kreatif Desa Sembungan juga beragam.  Untuk kuliner ada makanan khas carica, terong belanda, dan purwaceng. Sementara untuk fesyen ada topi, syal rajut, batik, hingga kaos. Lalu kriya gantungan kunci, kerajinan kayu dan bambu. Pesona wisata Sembungan tak bisa dipisahkan dari sosok Tafrihan.

Pria inilah yang memelopori perjuangan untuk membangun perekonomian masyarakat berbasis pariwisata guna mengurangi eksploitasi lahan di kawasan Dieng. Menyadari akan kerusakan yang terjadi di

Dieng, pada tahun 2002 Tafrihan menginisiasi gerakan penyadaran masyarakat agar lebih peduli lingkungan. Pada 2008, didirikanlah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dengan SK resmi dari pemerintah Kepala Desa Sembungan.