Tips Cegah Berat Badan naik saat Liburan

Pemkot Yogya akan bagikan makanan pada masyarakat miskin
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Jogja – Liburan, adalah waktu yang ditunggu-tunggu sebagai moment berkumpulnya anggota keluarga untuk keluar sejenak dari rutinitas yang menyita perhatian baik fisik maupun mental. Hari libur nasional dan cuti bersama, menjadi kesempatan ideal untuk kembali “mengisi” energi.

Konten Ekspedisi SNPMB UGM Raih Penghargaan

Namun, saat liburan inilah godaan, berupa makanan enak yang berlimpah, jam makan yang tidak beraturan, dan gaya hidup yang cenderung lebih santai justru menjadi problem tersendiri. Bagi banyak orang, hal ini sering diikuti dengan rasa bersalah setelah liburan usai yang berujung pada niat untuk detoks atau diet ketat.

Karena itulah, ahli gizi dari Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, Pratiwi Dinia Sari memberikan sedikit tips dalam menjaga keseimbangan pola makan dengan gaya hidup sehat, tetapi bukan dengan cara menebusnya dengan diet ekstrem.

Tim GMAT UGM Wakili Indonesia dalam Kompetisi Robotika di Jepang

Mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh, seperti gorengan, makanan bersantan, dan aneka olahan daging berlemak, memang sering menjadi bagian tak terpisahkan dari momen liburan dan kumpul keluarga. Tetapi di balik kenikmatannya, jenis makanan ini memiliki dampak serius terhadap kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan. “Lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam darah yang dalam jangka panjang bisa menyumbat pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, hingga stroke,” jelas Pratiwi.

Tak hanya lemak, makanan manis seperti kue, minuman bersoda, serta dessert berlebihan yang kerap hadir di meja makan saat liburan juga memiliki konsekuensi tersendiri. Kandungan gula yang tinggi dalam makanan ini dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah secara cepat. Tubuh yang mengalami lonjakan gula darah secara berulang akan lebih cepat merasa lapar, mudah lelah, dan mengalami penumpukan lemak, terutama di jaringan adiposa. “Lonjakan ini akan memicu peningkatan produksi insulin dalam tubuh sebagai respon alami, namun jika terlalu sering terjadi, bisa berdampak negatif,” lanjutnya.

Penerima Bansos Terlibat Judi Online, Sosiolog UGM : Masyarakat jadi Korban, Tidak Bisa Asal Disalahkan

Pola konsumsi seperti ini terus berulang setiap kali liburan datang, risiko kesehatan jangka panjang menjadi tak bisa diabaikan. Jika tubuh terus-menerus mengalami lonjakan gula darah dan insulin bekerja terlalu keras dalam waktu lama, maka bisa terjadi resistensi insulin. “Ini kondisi di mana insulin tidak lagi efektif menjaga kadar gula darah tetap normal, dan lama-lama akan berkembang menjadi diabetes mellitus,” ujar Pratiwi.

Daripada buru-buru melakukan diet ekstrem atau detoksifikasi instan, Pratiwi mengingatkan bahwa tubuh sebenarnya sudah punya sistem detoks alami. Ia mengungkapkan dalam ilmu gizi tidak ada istilah diet detoks. Tubuh kita melakukan proses detoksifikasi setiap hari melalui hati, ginjal, dan sistem pencernaan, yang perlu dilakukan adalah mendukung organ-organ ini agar bisa bekerja optimal. “Caranya sederhana dengan cukup tidur, batasi gula, konsumsi buah dan sayur yang kaya antioksidan, serta makanan yang mengandung probiotik seperti yoghurt atau makanan fermentasi,” tegasnya.

Halaman Selanjutnya
img_title