Jogja (pancen) Istimewa...
- VIVA Jogja/RedDoorz
Jogja, VIVA Jogja - Kota Yogyakarta memang terkenal dengan sebutan kota wisata, kota pendidikan, ataupun kota budaya, tetapi keistimewaan Yogyakarta tidak hanya terletak di situ saja. Keistimewaan tersebut juga terletak pada diri masyarakat Yogyakarta.
Keistimewaan masyarakat ini tergambar jelas dalam lirik lagu “Jogja Istimewa” yang dinyanyikan rapper Jogja, Marzuki Mohamad ―yang juga dikenal dengan sebutan Kill The DJ― pada tahun 2017.
Memayu hayuning bawana Seka jaman perjuangan nganti merdika Jogja istimewa bukan hanya daerahnya Tapi juga karena orang-orangnya 'menjaga keindahan dunia dari zaman perjuangan hingga merdeka Jogja istimewa bukan hanya daerahnya tapi juga karena orang-orangnya'.
Memayu hayuning bawana merupakan ungkapan yang menggambarkankonsep kehidupan masyarakat Yogyakarta yang senantiasa memelihara keselarasan baik kehidupan di dunia ataupun kehidupan di akhirat.
Mula-mula keselarasan tersebut diciptakan dengan cara menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan sesama manusia, alam, dan kepada Tuhan.
Saking istimewanya, lagu Jogja Istimewa bahkan diangkat secara khusus dalam karya ilmiah dua orang mahasiswa FKIP, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta, yakni Sudartomo Macaryus dan Yoga Pradana Wicaksono, pada 26 Desember 2019.
Keselarasan tersebut,seperti dikutip dari karya ilmiah bertajuk Lagu “Jogja Istimewa”: Representasi Identitas Daerah Istimewa Yogyakarta, tersebut, juga ditunjukkan oleh kalangan keraton yang ditunjukkan selah satunya dengan cara mengambil keputusan yang sangat penting.
Dalam keputusan penentuan Sultan Hamengku Buwana IX, Dorodjotun yang telah diserahi keris Kiai Jaka Piturun memutuskan untuk mengumpulkan seluruh anggota keraton supaya dapat saling menyampaikan gagasan dan berterus terang siapa yang lebih pantas menjadi Sultan Hamengku Buwana IX. Berdasarkan musyawarah tersebut, seluruh keluarga sepakat danmendukung Dorodjotun menjadi Sultan Hamengku Buwana IX.
Sikap yang ditunjukkan Dorojotun tersebut memperlihatkan betapa pentingnya musyawarah dalam mencapai keselarasan dalam kehidupan manusia sehingga dapat meminimalisirkonflik dan memperoleh solusi yang terbaik untuk semua. Dengan keselarasan tersebut, pihak penjajah tidak mudah mengadu domba kehidupan keraton pada masa penjajahan.
Tambur wis ditabuh, suling wis muni Holopis kuntul baris ayo dadi siji Bareng para prajurit lan senapati Mukti utawa mati manunggal kawula Gusti', yang artinya genderang sudah dipukul, seruling sudah berbunyi 'holopis kuntul baris, mari menjadi satu bersama para prajurit dan senapati mulia atau mati menyatu sebagai ciptaan Tuhan.
Keistimewaan masyarakat Yogyakarta juga digambarkan dalam penggalan lirik di atas. Lirik tersebut menunjukkan nilai-nilai kebangsaan yang terdapat dalam lingkungan masyarakat Yogyakarta. Demokrasi, kerukunan, dan semangat persatuan selalu dijunjung tinggi sehingga menciptakan masyarakat yang ramah, berkepribadian yang hangat, dan toleransi yang tinggi dengan sesama.
Masyarakat Yogyakarta yang demikian juga dipertegas dengan falsafah Jawa yang terdapat dalam lirik lagu di atas, yaitu holopis kuntul baris.
Falsafah tersebut berisi ajakan untuk saling bekerjasama antara manusia satu dengan manusia yang lain terutama dalam memecahkan berbagai persoalan. Kerjasama yang terjalin akan menciptakan ikatan kekeluargaan yang erat sehingga berefek pada stabilitas persatuan dan kesatuan masyarakat. Kebaikan yang ditanam semasa hidup bukan tanpa tujuan.
Masyarakat menyadari bahwa kehidupan tidak selesai di dunia saja, tetapi juga di akhirat sebagai tujuan puncaknya. Semakin dewasa masyarakat semakin ingat (eling) dengan kehidupan setelah kematian sehingga hal tersebut mempengaruhi cara hidup masyarakat. Konsep eling dalam masyarakat Yogyakarta diproyeksikan dengan konsep ajaran manunggaling kawulo Gusti.
Ajaran ini merupakan ajaran untuk memperoleh kedamaian di akhirat. Diperlukan penyatuan dengan Tuhan dengan cara melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan dalam kehidupan.
Menurut tuturan Djaya, ajaran manunggaling kawulo Gusti terdapat kaitan dengan konsep sangkan paraning dumadi. Konsep tersebut berisi bahwa semua kejadian yang terjadi di dunia adalah berasal dari Tuhan dan semuanya akan kembali pada-Nya.
Jogjakarta, pancen (memang) istimewa, juga digambarkan lagi dalam karya penyanyi Helarius Daru Indrajaya. Secara lebih ringan dan penuh makna cinta yang sentimentil, penyanyi berjuluk Ndarboy Genk itu, melukiskan rasa cintanya kepada Gita, kekasihnya dalam ungkapan “Koyo Jogja Istimewa” yang jadi judul lagunya itu. Lagu ini diciptakan oleh Ndarboy Genk dan muncul sebagai bagian dari musical series Cidro Asmoro (Episode 4) miliknya.
“Koyo Jogja Istimewa” pernah sempat sangat populer di media sosial Youtube dan Tiktok. Lewat lagu itu, Ndarboy sangat melukiskan rasa cintanya pada sang kekasih layaknya dia mencintai kota kelahirannya yaitu Yogyakarta yang istimewa dengan ragam budaya, seni, dan keindahan pariwisatanya.
Mangan tempe rasane koyo mangan lawuh sate
Senajan sak anane Sing penting karo kowe
Ngombe kembang tahu rasane koyo ngombe susu
Rausah mecucu tresno ku ro kowe ra bakal tak madu
Bungah tenan rasane wong kang lagi gandrung tak perjuangke tekan janur melengkung
kowe siji siji ne aku bangga karo kowe gelem nompo opo anane
Tresno ku ra bakal mletre Kowe ojo sumelang tresna ku ra bakal ilang
Ibarat koyo kuto ku jogja Kowe cen istimewa....*