Bursa Cawapres Mulai Ramai, Sejumlah Nama Punya Peluang, Siapa Saja?

Kolase Peluncuran Tahapan Pemilu Serentak 2024
Sumber :

Jogja – Setelah Ganjar Pranowo secara resmi dideklarasikan sebagai caon presiden (capres) PDI Perjuangan, kini  diprediksi kandidat yang akan maju di pilpres 2024 kemungkinan besar akan ada tiga pasangan. Bursa calon wakil presiden (cawapres) pun ikut bergerak dinamis.

JK Soal Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo: 1 Tahun Baru Bisa Dinilai

Ada tiga tokoh yang menonjol sebagai kandidat cawapres. Mereka adalah Erick Thohir, Sandiaga S Uno dan Ridwan Kami. Meski nama Muhaimin Iskandar tak pernah masuk jajaran lima besar survei cawapres, namun Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), tetap notot agar namanya masuk sebagai cawapres Prabowo Subianto. Bahkan yang terbaru, jika Muhaimin tak menjadi cawapres Prabowo, ia akan mengajukan diri sebagai cawapres Anies Baswedan.

Muhaimin yang bermanuver itu dinilai wajar oleh Dekan Fisip Universitas Hasanuddin (Unhas), Dr Phil Sukri, M.Si. Karena berpotensi pilpres dua putaran maka parpol akan berhitung untuk mendapatkan suara dari pemilih yang tidak masuk di putaran kedua.

5 Tahun Kepemimpinan Erick Thoir: PLN Konsisten Sinergi dengan Stakeholder

Memang jika dibandingkan Airlangga Hartarto, Cak Imin dinilai Sukri akan jauh lebih mudah untuk mendulang suara dari pemilih yang calonnya tidak masuk putaran kedua. Sebab besarnya suara Golkar di pemilu disebabkan kerja dari mesin politik Golkar. Bukan berdasarkan basis pendukung Airlangga. Apa lagi elektabilitas Airlangga tak pernah masuk dalam 5 besar survei cawapres.

"Memang Cak Imin tak pernah masuk dalam 5 besar survei cawapres. Namun ia bisa mengklaim memiliki basis masa NU. Ini merupakan potensi untuk dapat meraup suara dari pasangan yang tak lolos ke putaran 2. NU khususnya di Jawa Timur merupakan salah satu lumbung suara yang signifikan di pilpres mendatang. Basis masa NU berpotensi menambah perolehan suara capres," kata Sukri.

Jika Terpilih, Andika-Hendi Yakin Bisa Kerjasama dengan Pemerintah Pusat

Lanjut Sukri, wajar jika Cak Imin jika tidak menjadi cawapres Prabowo ia akan berpaling menjadi cawapresnya Anies. Sebab saat ini Anies tidak memiliki basis yang kuat baik di NU maupun di Jawa Timur. 

Sehingga bergabungnya Cak Imin sebagai Cawapres Anies, berpotensi meningkatkan perolehan suara capres yang tidak memiliki akar kuat di NU dan Jawa Timur. Sukri melihat Cak Imin cerdik membaca dinamika yang terjadi.

Sukri melihat pertarungan antara Erick Thohir dengan Sandiaga Uno untuk merebut kursi cawapres juga akan sangat berdinamika. Pengalaman di Pilkada DKI yang lalu, membuat Sandiaga memiliki kedekatan dengan PKS. Selain itu Sandiaga juga pernah menjadi cawapresnya Prabowo. 

Sukri melihat keluarnya Sandiaga dari Gerindra bisa ditafsirkan sebagai strateginya untuk dapat menjadi cawapres Prabowo dari PKS. Sehingga capres cawapres Prabowo tidak berasal dari Gerindra saja.

"Namun disayangkan Sandiaga tak memiliki basis masa di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sehingga tak bisa mengklaim Jawa Timur dan Jawa Tengah sebagai pendongkrak suara capresnya baik itu Anies, Ganjar maupun Prabowo. Paling Sandiaga hanya menjual figurnya dengan menyasar pemilih milenial," papar Sukri.

Posisi Sandiaga ini berbeda jauh dengan Erick Thohir. Meskipun ia buka berasal dari parpol. Kedekatan dengan Banser sebagai salah satu ormas di bawah NU dinilai Sukri akan menguntungkan Erick. Sebab ia  bisa mengklaim memiliki basis masa NU. Jika tak ada cawapres lain dari NU ini akan sangat menguntungkan Erick. Selain itu selain dapat merepresentasikan NU, Erick juga bisa mewakili suara pemilih di luar Jawa

"Namun jika ada cawapres lain dari NU, maka Erick bisa mengklaim sebagian masa NU yang ada. Sebagian masa NU ini jumlahnya tak sedikit sehingga ini menguntungkan Erick untuk diusung sebagai cawapres. Jika dengan Ganjar maka Erick bisa memastikan kemenangan di pilpres baik itu di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan beberapa wilayah di Sumatera yang menjadi basis masanya," ujar Sukri.

Sementara peluang Ridwan Kamil menjadi pendongkrak suara capres untuk wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur dinilai Sukri sangat minim. Basis masa Kang Emil memiliki irisan dengan pendukung Anies ataupun Prabowo. Sehingga kehadiran Kang Emil sebagai cawapres tak akan signifikan suara capres di pemilu 2024 mendatang.

"Itu kelemahan Kang Emil yang hanya memiliki basis masa di Jawa Barat dan Jakarta saja. Apa lagi beliau tak memiliki basis masa dari luar Jawa. Sehingga jika diurutkan cawapres yang paling potensial maju adalah Erick Tohir, Sandiaga lalu disusul Cak Imin atau Kang Emil," tutur Sukri.