BPR Syariah Leadership Forum: Menuju Sinergitas Jejaring
- jogja.viva.co.id/ Fuska SE
Jogja, VIVA Jogja – Ketua Umum Perhimpunan Bank Perekonomian Rakyat Syariah Seluruh Indonesia (HIMBARSI) Alfi Wijaya yakin bahwa pertumbuhan BPR Syariah akan terus bertumbuh seiring dengan makin tingginya kepercayaan masyarakat Indonesia dan produk-produk yang dimilikinya.
Dalam acara BPR Syariah Leadership Forum (BLF) 2025 diadakan di Hotel Melia Purosani, Yogyakarta, Jumat (21/02/2025) dengan tema "Perkuat Jejaring Pemimpin BPRS Indonesia".
Alfi Wijaya menyebutkan, pada tahun 2024, BPRS tumbuh di atas 10 persen (%) dan pembiayaan itu tumbuh 12,29 persen. “Sedangkan penghimpunan dana, tumbuh 10,34 %, dibandingkan dengan BPR konvensional yang tumbuh 5,2 %,” paparnya.
Dalam acara BLP yang dirancang sebagai forum dialog, pertukaran gagasan, serta penguatan jejaring antara para pemimpin BPRS dari seluruh Indonesia ini, Alfi Wijaya, juga menegaskan bahwa kolaborasi dan sinergi antar pemimpin BPRS perlu terus dilakukan untuk memperkuat industri perbankan syariah di Indonesia
"BPRS ini jika sendirian, tentu entitasnya sedikit, tetapi dengan bergabung maka menjadi besar, dan secara bersama-sama bisa memberikan keuntungan kepada nasabah, seperti hari ini, kita memberikan hadiah berupa mobil dan Umroh,” katanya.
Melalui forum ini, peserta terlibat dalam berbagai sesi diskusi, workshop, dan presentasi yang membahas berbagai topik terkait perbankan syariah, seperti literasi keuangan syariah, inovasi produk, serta manajemen risiko.
Bersamaan dengan acara ini juga dilounching produk terbaru BPRS yakni Pembiayaan Taawun Haji dan Umroh juga pengundian hadiah Tabungan Ukhuwah tahap-1.
Ditambahkan Alfi Wijaya, acara ini juga bertujuan untuk terus memperkuat kerja sama dan kolaborasi antar pemimpin BPRS, serta komitmen untuk terus memperbaiki dan mengembangkan industri perbankan syariah di Indonesia.
Hal lain, Ketua Umum HIMBARSI ini juga tidak menyangkal jika BPRS juga menghadapi masalah Non Performing Financing atau kredit macet dengan rasio 9,11 persen (Data per Oktober 2024). “Tapi BPRS masih lebih baik dibandingkan BPR konvensional yang 11,5. 11,8%,” ungkapnya.
Peningkatan ini disebabkan oleh berakhirnya ketentuan relaksasi pandemi Covid-19 pada Maret 2024, selain itu, dinamika ekonomi global yang juga berkontribusi pada peningkatan kredit macet.
“Kita yakin, dengan peningkatan kepercayaan masyarakat yang dibuktikan dengan meningkatnya pertumbuhan dana ketiga di BPRS, dan juga produk terbaru yakni Pembiayaan Taawun Haji dan Umroh, maka jaringan bisnis yang bergerak di bidang syariah, akan membangun dan mengelola ekosistem secara Bersama,” ucapnya.
Dampak Efisiensi
Hal lain, Alfi Wijaya juga menanggapi upaya efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah. Menurutnya, BPR Syariah masih wait and see. “Sekarang belum terasa langsung, cuman harus hati-hati. Nanti kita akan lihat 2-3 bulan ke depan, secara langsung mungkin itu bisa mengurangi pergerakan ekonomi,” katanya.
Namun menurutnya, jika efiensi anggaran pemerintah itu kemudian bisa disalurkan ke sektor-sektor yang mampu memicu multiplayer efek, maka hal itu akan mampu menggerakkan perekonomian Indonesia.
“Sekarang kita masih menunggu, efisiensinya arahnya mau kemana. Habis itu diapain? Apakah total untuk makan bergizi gratis saja atau ada hal-hal yang lain? Ini yang belum kita ketahui, arahnya mau ke mana,” ujarnya.
Alfi Wijaya berharap, pemerintah juga memperhatikan pergerakan UMKM, dan menyalurkan dana hasil efisiensi itu ke reseptor-reseptor yang bisa menggerakkan UMKM, maka BPRS juga kan tumbuh. Ekonomi di bisnis bisa bergerak Kembali.
“Yang sebenarnya harus dilakukan itu adalah penjelasan sebenarnya, ini mau kemana dan apa, itu yang ditunggu-tunggu. Karena kita tidak tahu, tidak bisa membaca programnya,” tegasnya.