Ikut Young Explorer Program, Tiga Mahasiswa UGM Jelajah Kekayaan Bawah Laut Indonesia

Tiga mahasiswa UGM ikut program jelajah bawah laut Indonesia
Sumber :
  • VIVA Jogja/dok UGM

Jogja, VIVA Jogja - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi bersama OceanX menggelar Young Explorer Program (YEP) sebagai bagian dari komitmen jangka panjang untuk mengeksplorasi perairan di kawasan Asia Tenggara.

UGM - Microsoft Kembangkan AI untuk Pendidikan dan Pengajaran

Dalam program ini, tiga mahasiswa Universitas Gadjah Mada terpilih menjadi delegasi yang ikut menjelajah lautan selama lima hari dimulai pada 5-9 Agustus lalu. Tiga mahasiswa UGM tersebut berasal dari program studi berbeda, yaitu I Gusti Ayu Maresta Amrita P.P. (Ilmu Ekonomi, 2021), Calvin Muliawan (Biologi, 2021), dan Najwa Waqiah (Manajemen, 2022).

Mereka diberangkatkan dari Pelabuhan Tanjung Benoa, Bali menuju Bitung, Sulawesi Utara. Bersama dengan mahasiswa dari kampus lainnya, mereka berada di dalam kapal yang dirancang khusus untuk misi penelitian ilmiah dan produksi media, dilengkapi dengan teknologi mutakhir yang memungkinkan eksplorasi laut dalam. Dalam perjalanan, terdapat berbagai kegiatan pembelajaran menarik seputar oseanografi.

Ajak Mahasiswa Berwirausaha, Teten Masduki: Yang Dibutuhkan Entrepreneur by design

Mahasiswa dapat melihat langsung dan belajar melalui kegiatan lokakarya, ceramah, laboratorium tentang prinsip oseanografi, DNA lingkungan (eDNA), pemetaan akustik, dan biogeokimia laut. Calvin Muliawan sebagai delegasi mahasiswa UGM mengaku senang berhasil terlibat dalam program YEP.

Awalnya, ia tidak yakin dapat mengikuti program ini karena bentrok dengan agenda kuliah dan kegiatan lainnya. Namun setelah berkonsultasi dengan dosen, ia memutuskan untuk mengikuti seleksi berkas dan wawancara hingga dinyatakan lolos sebagai peserta YEP 2024.

Butoh Ekspresi Kebebasan Tubuh dan Amarah Sosial

“Semua ini benar-benar menguji seberapa besar komitmen saya terhadap bidang kelautan dan misi OceanX,” ucap Calvin,seperti dikutip dari laman ugm.ac.id.

Salah satu pengalaman yang paling berkesan selama pelaksanaan program adalah siaran langsung di dalam kapal OceanXplorer.

Calvin dan mahasiswa delegasi lainnya masing-masing berbagi informasi tentang pentingnya Ocean Education dan kesadaran publik akan kelautan.

Menurutnya, program ini membuka peluang untuk mengembangkan hubungan jangka panjang dengan mentor dan membangun jaringan karir di masa depan.

Program YEP tidak hanya fokus pada aspek ilmiah dan teknologi, tetapi juga pada pengembangan pribadi dan profesional peserta.

Mahasiswa bersama awak kapal yang merupakan mentor sekaligus peneliti juga dapat berbagi pengalaman di ranah profesional. Program ini menciptakan jaringan dukungan yang berkelanjutan yang dapat membantu mahasiswa dalam perjalanan karier di masa depan.

Meizani Irmadhiany, Wakil Presiden Senior dan Ketua Eksekutif Konservasi Indonesia menyatakan pihaknya berkomitmen untuk melestarikan keanekaragaman hayati laut dan memastikan masa depan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.

“Kolaborasi ini akan memajukan pengetahuan ilmiah, mendukung penciptaan kawasan perlindungan laut yang berkelanjutan, dan mendorong pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab,” terangnya.

Selain sebagai sarana belajar bagi peneliti muda, Program YEP juga ditujukan untuk berkontribusi terhadap perlindungan 30% wilayah laut Indonesia pada tahun 2045. Tentunya dengan dorongan perekonomian laut yang berkelanjutan bagi masyarakat pesisir.

Dikutip dari laman Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, M.P.A. menyampaikan tujuan utama dalam kerja sama Kementerian, BRIN, dan OceanX guna mengembangkan ilmu pengetahuan kelautan.

“Kami berharap penelitian dalam misi ini dapat mendukung kesejahteraan sosial melalui penemuan potensi inovasi dalam produk dan solusi untuk bidang-bidang seperti kedokteran atau bioteknologi,” ujar Luhut.

Seperti diketahui, kapal yang digunakan dalam Program YEP dirancang dengan teknologi mutakhir untuk mensurvei beragam lingkungan laut, termasuk habitat laut dalam, dangkal, dan pesisir. Tersedia kapal selam yang dapat menyelam sampai kedalaman 1.000 meter.

Adanya laboratorium penelitian mutakhir, kemampuan mengurutkan DNA generasi berikutnya, kemampuan pemetaan akustik penuh, sampai analisis konduktivitas suhu dan kedalaman.

Kapal ini juga memiliki fitur Remote Operated Vehicle (ROV) atau kendaraan yang dapat dioperasikan jarak jauh hingga kedalaman 6 kilometer di bawah permukaan laut.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan program ini dibuat terbuka untuk semua calon ilmuwan muda berdasarkan open call dan kolaborasi yang kompetitif.

Skema pendukungnya dimaksudkan untuk mendorong penelitian kelautan dan pemanfaatan sumber daya kelautan di seluruh wilayah perairan Indonesia.

Kolaborasi ini menurutnya menjadi salah satu kesempatan untuk menjelajah lebih jauh perairan Indonesia, khususnya bagi peneliti muda.