Kampung Butuh: Desanya Wayang Kulit yang yang Mendunia dari Klaten

Desa Wisata Wayang di Klaten
Sumber :
  • IST

KLATEN, Viva Jogja - Di tengah-tengah kehidupan modern yang semakin mendominasi, Kampung Butuh di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, menjadi oase seni budaya tradisional yang mendunia. 

Kantor Imigrasi Musnahkan Arsip Yang Tak Bernilai Guna

Berada di tepian Sungai Bengawan Solo, desa ini dikenal sebagai salah satu pusat produksi wayang kulit yang tetap hidup dan lestari hingga kini.

 

Perjalanan Panjang dan Dedikasi Tanpa Batas

Meriah, Liga Goes To School Hadir di SMA Batik 2 Solo Hadirkan Pemain Timnas

Tidak mudah bagi Kampung Butuh untuk mencapai reputasi sebagai kampung wayang kulit yang diakui hingga mancanegara. 

Nardi, seorang pengrajin wayang kulit yang dikenal dengan sebutan "Baron Wayang," merupakan generasi keempat dari keluarganya yang mewarisi seni ini.

Dishanpan Jateng Gelar Diskusi Jajanan Anak Sekolah Sehat dan Aman

"Saya adalah generasi keempat yang menjaga keberlangsungan wayang kulit di Sidowarno. Meski sempat hanya ada lima perajin yang bertahan, kini ada sekitar 80-an perajin aktif yang bangkit kembali," tutur Nardi di Joglo Omah Wayang Sidowarno dalam sebuah wawancara.

 

Astra Internasional dan Kampung Berseri Astra

Melihat potensi budaya yang luar biasa di Kampung Butuh, PT Astra Internasional menjadikan kampung ini sebagai salah satu dari ratusan Kampung Berseri Astra (KBA). 

Dukungan ini tak sekadar memberi penghargaan, namun juga mendorong pembangunan berkelanjutan melalui empat pilar: kesehatan, pendidikan, wirausaha, dan lingkungan.

"Kami dibimbing oleh Astra dalam empat pilar tersebut. Lewat program ini, kami tidak hanya berkembang dalam bidang wirausaha, tetapi juga meningkatkan kesadaran kesehatan, pendidikan, serta menjaga kebersihan lingkungan," ungkap Nardi.

 

Pencapaian Menginspirasi di Tengah Pandemi

Sebelum pandemi, Kampung Butuh pernah memiliki ratusan perajin wayang. 

Namun, situasi sulit membuat mereka harus bertahan dengan hanya lima perajin aktif.

Kini, di bawah payung KBA, industri wayang kulit di Sidowarno kembali bangkit. 

Melalui pendampingan Astra, mereka mendapat pelatihan teknik produksi, manajemen usaha, hingga strategi pemasaran yang efektif.

"Pandemi menguji ketahanan kami. Namun, prinsip kebersamaan tetap kami junjung tinggi. Jika satu orang mendapat pesanan, kami bagi rata agar semua bisa bertahan," ujar Nardi dengan semangat.

Sejak didirikannya kelompok usaha bersama (KUB) pada 2009, perajin di Sidowarno mulai bekerja sama untuk mengembangkan usaha mereka.

Program KBA yang diimplementasikan pada tahun 2017 membawa harapan baru, membuktikan bahwa semangat gotong-royong mampu membawa desa kecil ini ke panggung dunia.

 

Desa Wisata Wayang: Destinasi Budaya yang Mengedukasi

Sidowarno kini bukan sekadar kampung penghasil wayang kulit, tetapi juga destinasi wisata edukatif yang menarik wisatawan domestik dan mancanegara. 

Wisatawan yang datang ke Sidowarno disuguhi pengalaman berharga mengenai proses pembuatan wayang kulit, mulai dari penataan hingga pemulasan.

Baron Wayang juga menginisiasi pelatihan pembuatan wayang kulit bagi generasi muda.

"Kami melibatkan anak-anak sekolah di kampung ini dalam pembuatan wayang kulit. Saat ini ada sekitar 35 anak yang tertarik belajar dan melanjutkan tradisi ini," tambah Nardi yang juga disebut sebagai Local Champion KBA Sidowarno.

 

Karya Seni yang Menyentuh Pasar Internasional

Di tangan para perajin wayang kulit Kampung Butuh, berbagai inovasi tercipta, membawa produk mereka ke pasar yang lebih luas. 

Kini, seorang perajin dapat membuat delapan hingga belasan wayang per bulan dengan pendapatan kotor mencapai Rp 5-5 juta.

Pemasaran yang awalnya terbatas kini mulai menjangkau berbagai lapisan masyarakat, baik di dalam maupun luar negeri.

Selain wayang, warga Sidowarno juga mengembangkan kerajinan payet kebaya. 

Salah satu perajin di sini bahkan menjadi langganan keluarga Presiden Joko Widodo, yang memesan kebaya pengantin untuk anak-anaknya dari Sidowarno.

 

Keberlanjutan Budaya di Tengah Tantangan Modernisasi

Program KBA berhasil mengintegrasikan empat pilar utama Astra di Sidowarno, membentuk desa ini sebagai tempat yang ramah, asri, dan memiliki solidaritas yang kuat antarwarga.

Bahkan, Kampung Butuh berhasil memenangkan sejumlah penghargaan seperti Juara I KBA Superior, Juara I KBA Innovation, hingga Juara 4 Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) kategori Suvenir 2023 dari Kemenparekraf RI.

Nardi dan timnya tak lantas berpuas diri dengan pencapaian ini. 

Keinginan kuat untuk menjadikan Kampung Butuh sebagai desa wisata yang diakui membuat Nardi terus berinovasi dan melibatkan masyarakat dalam berbagai kegiatan desa wisata.

"Kami ingin agar wayang kulit terus eksis dan menjadi kebanggaan budaya Indonesia. Dengan bantuan program KBA, kami semakin yakin akan bisa melestarikan dan mengembangkan budaya ini," tandas Nardi.

 

Menuju Masa Depan yang Lebih Cerah

Di tengah hiruk-pikuk dunia modern, Kampung Butuh membuktikan bahwa tradisi bisa hidup berdampingan dengan kemajuan tanpa kehilangan esensinya. 

Astra Internasional bersama Kampung Butuh Desa Sidowarno mengukir sejarah, menjadikan desa ini sebagai percontohan desa wisata budaya yang tangguh, mandiri, dan inspiratif.

Kampung Butuh tidak hanya menjaga nilai seni wayang kulit sebagai peninggalan nenek moyang, tetapi juga mempersiapkan generasi muda untuk mewarisi budaya ini di masa depan. 

Pandangan mereka jauh melampaui batas-batas desa, menjadikan Sidowarno sebagai tempat di mana tradisi dan modernitas berpadu dalam harmoni yang menginspirasi banyak orang.