Yoyok Sukawi Upayakan Pelestarian Batik Semarang
- VIVA Jogja
"Di sini menarik, selain bisa melihat proses membatik, wisatawan bisa membeli barang-barang khas Semarang berupa karya batik itu sendiri. Bahkan, ada motif yang diciptakan dari hasil identifikasi tiap kelurahan yang ada di Kota Semarang. Prosesnya pun bisa dilihat dari awal hingga akhir," ungkapnya
Selain itu, Yoyok juga terkesan akan upaya yang dilakukan Sanggar Batik Semarang 16 dalam upaya melestarikan batik. Dia menyatakan, pemerintah harus berperan aktif dalam mempromosikan batik khas Semarang, khususnya produksi yang ada di Batik Semarang 16.
"Sebenarnya ini bisa dikembangkan, sebagai eduwisata. Mengajarkan tentang bagaimana proses membatik, dari awal membuat desain hingga pewarnaan. Ada pewarnaan alami, ada juga pewarnaan kimia. Ada batik tulis, ada juga batik cap. Menarik sekali tempat ini, ada penginapannya pula," tegasnya.
Sementara itu, Cattleya Adi Putri Virani, pemilik Sanggar Batik Semarang 16 menjelaskan, bahwa usaha eduwisata barupa pemrosesan dan produksi batik ini dimulai sejak tahun 2004. Awalnya, dari hobi ibunya yang memang gemar akan batik.
"Awalnya kami melakukan pelatihan-pelatihan, lalu mencoba membuat batik sendiri dan melibatkan warga sekitar. Kami mulai dari rumah dan kini berkembang di lokasi ini sejak 2016," terangnya.
Cattleya berharap dengan kedatangan Yoyok Sukawi, batik Semarang bisa lebih diperhatikan dan menjadi identitas kota.
"Ini juga sebagai upaya untuk melestarikan budaya membatik itu sendiri," tutupnya.