Permintaan Terkendali, Stok LPG 3 Kg di DIY Aman

900 ribu tabung gas melon didistribusikan di Jateng DIY
Sumber :
  • hms

Jogja, VIVA Jogja – Permintaan Masyarakat akan Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 kilogram (kg) di wilayah DI Yogyakarta masih tergolong normal dan tidak terjadi antrian yang berlebih.

UMY Sumpah 12 Dokter Baru

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY Yuna Pancawati saat dikonfirmasi mengatakan Pemda DIY berkomitmen memastikan distribusi gas melon tetap lancar, stok cukup dan harga di pangkalan sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yaitu Rp 18.000. Masyarakat diharap tidak panik.

"Kami menunggu arahan resmi kebijakan dari Pemerintah Pusat pusat atau surat resmi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait kebijakan baru penjualan gas bersubsidi," ujar Kepala Disperindag DIY

Warga Bisa Bernafas Lega Gas Elpiji 3 Kg Bisa Dibeli Lagi di Pengecer

Yuna mengungkapkan kondisi di DIY cukup kondusif untuk antrean pembelian gas bersubsidi dan tidak seperti di daerah lain. Terakhir, pihaknya memantau wilayah Kota Yogyakarta yaitu di Gondosuli, Jl. Sidikan dan Wirogunan.harga gas melon masih stabil di harga Rp 18.000 per tabung dan stok normal pada Kamis (30/01/2025). Setelah Sabtu (01/02/2025), Disperindag akan melakukan monitoring kembali di lapangan.

Termasuk di Gunungkidul permintaan dan persediaan masih normal. Distribusi gas bersubsidi dari agen ke pangkalan masih tetap seperti sebelumnya. “Karena ada infomasi terkait pengecer tidak boleh menjual gas melon pada 1 Febuari 2025 maka para pengecer panic buying dengan membeli masing -masing dua tabung di beberapa pangkalan. Namun sejauh ini distribusi LPG 3 kg di DIY masih normal,” terang Yuna..

Meet The Investors #2 Pertemukan Anak Muda Kreatif dan Pemilik Modal

Dikatakan, jumlah pengecer gas melon sangat banyak, jumlah pangkalan di DIY juga mencapai ribuan. “Pengecer bisa menjadi pangkalan, tapi ada syarat yang harus dipenuhi, seperti memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB) dan modal yang cukup,” paparnya.

Yuna menyampaikan,  Pemda DIY mendukung kebijakan Pemerintah Pusat terkait pengaturan penjualan gas bersubsidi ini. Namun, masa transisi ini harus disikapi dengan bijak, agar pelaksanaannya berjalan dengan baik. Setelah mendapatkan surat atau arahan resmi dari Kementerian ESDM, barulah pihaknya siap menjalankannya kebijakan terkait penjualan LPG 3 kg.

"Kami memastikan penjualan gas melon di pangkalan masih mengikuti HET yang berlaku hingga saat ini. Di DIY sendiri HET gas melon baru saja disesuaikan dari Rp15.500 menjadi Rp18.000 per tabung isi. Untuk masyarakat, penjualan gas melon di pangkalan masih sesuai dengan aturan yang ada, yaitu sesuai HET. Kami juga terus melakukan pengawasan terhadap distribusi gas bersubsidi di pangkalan guna memastikan harga jual tetap sesuai dengan HET yang ditetapkan pemerintah," tandas Yuna.

Sementara itu, Ketua Bidang LPG Himpunan Swasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) DIY Iwan Setiawan menyatakan pihaknya sebagai wadah agen-agen LPG 3 kg di DIY mempunyai rantai distribusi hanya sampai ke pangkalan yang ada di rayon DIY. Dari pangkalan langsung ke konsumen tingkat akhir baik rumah tangga maupun UKM. Dengan harga jual LPG 3 kg di agen dipatok sebesar Rp 15.450 per tabung isi dan dijual di pangkalan sesuai HET sebesar Rp 18.000 per tabung isi.

“Kami hanya mendistribusikan barang yang kami dapatkan dari Pertamina melalui pangkalan yang ada di setiap daerah di rayon DIY.  Terdapat total 104 agen dan kurang lebih 7.500 pangakalan LPG yang tersebar di seluruh DIY saat in. Jumlah pangkalan ini khusus Kota Yogyakarta sudah cukup banyak, sebaliknya di daerah yang luas seperti Sleman dan Gunungkidul serta daerah remote yang susah terjangkau armada truk memang agak sulit menebus kesana," kata Iwan.

Hiswana Migas DIY hanya sebagai pelaksana. Setelah kebijakan diterapkan, Iwan menyebut kondisi masih normal alias belum terimbas secara massif hingga terjadi panic buying. Bahkan dari sisi stok bisa dikatakan masih aman dan pengiriman sesuai dengan kuota pengiriman. Sehingga tidak ada pengurangan kepada pangkalan yang ada di DIY. Pihaknya juga berkoordinasi dengan Pemda DIY dan Pertamina apabila terjadinya perubahan atau peningkatan.

“Semuanya sudah terkondisikan dengan baik. Memang ada sedikit kenaikan jumlah permintaan karena adanya panic buying di beberapa daerah sehingga mempengaruhi psikologi masyarakat. Tetapi, alhamdulillah di DIY tidak terjadi panic buying dan masih bisa di cover dengan alokasi LPG di pangkalan yang tersebar di rayon DIY saat ini." terangnya.

Berdasarkan data Hiswana Migas DIY kuota gas melon di DIY sekitar 165 ribu tabung per hari. Sehingga dari sisi stok dan jumlah pangkalan dinilai sudah bisa mengcover hingga konsumen tingkat akhir dengan harga sesuai HET yang telah ditetapkan untuk pangkalan sebesar Rp 18.000 per tabung isi.

Pihaknya sekaligus meminta agar kebijakan tersebut disosialisasikan terlebih dahulu supaya masyarakat paham dan tidak panik seperti pembelian LPG 3 kg di pangkalan menggunakan NIK yang awalnya sulit setelah ada sosialisasi jadi mudah dengan tujuan akhir subsidi tepat sasaran.

Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjelaskan kebijakan awal dibuat untuk mengendalikan harga LPG 3 kg yang kerap mengalami lonjakan di tingkat pengecer. Namun, setelah melihat dampak kebijakan ini di masyarakat, Presiden Prabowo Subianto turun tangan dan menginstruksikan agar pengecer kembali diizinkan menjual gas melon.

Terbaru Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengumumkan pengecer LPG 3 kg dapat kembali beroperasi mulai Selasa (03/02). Namun, pengecer tersebut kini berganti nama menjadi sub-pangkalan. Langkah ini diambil guna menormalkan kembali jalur distribusi gas bersubsidi tersebut. Pemerintah akan membekali para pengecer dengan sistem aplikasi agar penjualan LPG 3 kg lebih terkontrol dan tetap sasaran. *