Harga Kopi Dunia Ugal-ugalan, Produksi Kopi Muria Kudus Melorot Tajam

Hasil panen kopi Robusta petani Desa Colo, Kecamatan Dawe Kudus.
Sumber :
  • arif

Teguh menyebut selama ini hasil panen dari petani kopi Muria hanya dijual sistem ijon atau green been. Untuk pembelian biji kopi petik merah, hanya dilakukan beberapa petani saja.

Sungai Wulan Kudus Meluap, Pemukiman Warga Dua Kecamatan Terancam Tenggelam

Kini para petani kopi di kawasan Muria pun mengantisipasi kerugian petani yang  lebih besar. Yakni harus ekstra memutar otak untuk mencari solusinya.

“Kopi tidak hanya diolah dalam bentuk panen mentah green been saja. Namun diolah menjadi roasted been atau sangrai dan dalam bentuk kemasan untuk menaikkan harga jual,” ungkapnya.

Menang Adu Pinalti Antarkan Tim Kudus Melaju di Final MilkLife Soccer Challenge All-Stars

Dengan promosi yang lebih menarik, imbuh Teguh, tentu kopi Robusta khas Pegunungan Muria akan lebih laku di pasaran. Sebab saat ini, masih banyak petani kopi yang menjualnya dengan sistem ijon dengan harga yang murah.

Teguh pun mengajak para petani kopi di Muria untuk naik kelas. Yakni  menjual kopi dalam kemasan. Sehingga upaya itu bisa memangkas kerugian biaya operasional dan menambah nilai keuntungan bagi petani kopi.

Kantongi Dua Kemenangan Beruntun, Tim All Stars Kudus Berjaya di Klasemen MSC 2025

Terlebih, saat ini kopi jenis Arabika juga mulai dikembangkan di Desa Colo. Dia menyebut, kopi arabica bisa ditanam di Lereng Muria dengan ketinggian minimal 1.000 meter di atas permukaan air laut (mpdl).

“Kami berharap pengembangan produksi dan promosi itu bisa mendorong kopi Muria lebih mendunia. Harga kopi saat ini memang naik 70 ribu per kilogram dari tahun lalu, namun modalnya tetap naik sehingga perlu diolah," terang Teguh.

Halaman Selanjutnya
img_title