Merapi Erupsi Lagi, Ini Hubungan Gunung Merapi dan Keraton Yogyakarta

Gunung Merapi
Sumber :
  • Twitter BPPTKG

Jogja – Gunung Merapi kembali erupsi mengeluarkan awan panas sejak Sabtu (11/3/2023) pagi. Berdasarkan catatan Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Sabtu (11/3) sampai pukul 15.00 WIB, telah terjadi 21 kali guguran awan panas ke hulu Kali Bebeng dan Kali Krasak arah barat daya puncak Merapi. 

14.212 Tanah Kasultanan Yogya dan Pakualan telah Tersertifikat

Meski tak sebesar seperti erupsi Merapi tahun 2010 silam yang sampai menewaskan Mas Penewu Ki Suraksohargo atau penjaga Gunung Merapi, Mbah Maridjan, dan rekan kami Redaktur Senior VIVAnews.com, Yuniawan Wahyu Nugroho, BPPTKG tetap menghimbau mayarakat untuk tak beraktivitas dalam radius tujuh kilometer dari punncak. 

Sosok Mbah Maridjan memang fenomenal. Namanya menarik perhatian, kala menolak perintah Sri Sultan Hamengkubuwono X,  ketika Merapi meletus pada tahun 2006, untuk mengungsi dari tempat tinggalnya di Dusun Kinahrejo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sampai akhirnya, dirinya terkena awan panas pada hari Selasa 26 Oktober 2010 silam yang tetap bertahan di tempat tinggalnya yang disapu awan panas. 

Dubes Inggris Kembalikan 120 Manuskrip Digital Jawa Kuno ke Sultan HB X

Mbah Maridjan kala itu, mengaku, dirinya loyalis terhadap perintah Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk menjaga Merapi. Lalu, mengapa Raja Yogyakarta itu sampai perlu memerintahkan orang untuk “menjaga’ gunung paling aktif dan destruktif di dunia tersebut?

Menurut Nelly Murni Roossadha, dari Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia, dalam makalahnya berjudul Merapi: Gejala Alam, Sistem Tanda, dan Interaksi Sosial,  gunung tersebut menduduki posisi penting dalam mitologi Jawa. Merapi menurut keyakinan masyarakat Jawa  merupakan pusat kerajaan mahluk halus, sebagai ‘swarga pangrantunan’, tempat di alam baka untuk menunggu giliran para roh yang meninggal dipanggil ke surga.

Rangkaian Hajat Dalem Sekaten Keraton Yogyakarta untuk Peringati Maulid Nabi

Gunung Merapi, kata dia,  selain  merupakan sebuah fenomena alam, yang dapat dijelaskan oleh para ilmuwan vulkanologi,  dengan segala perangkat canggihnya, juga merupakan simbol kekuatan magis yang melingkupi Yogyakarta. Gunung Merapi menjadi ujung gari imajiner yang sampai saat ini menjadi hal sangat penting bagi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Garis imajiner ini memanjang dari Pantai Parang Kusumo di Laut Selatan, Panggung Krapyak, Keraton Yogyakarta, Tugu dan berakhir Gunung Merapi. 

Pengamatan citra satelit memang memperlihatkan lokasi-lokasi tersebut, berikut jalan yang menghubungkannya, hampir terletak segaris dan hanya meleset beberapa derajat. Keberadaan garis imajiner tersebut dibenarkan oleh mantan Guru Besar Filsafat Universitas Gadjah Mada Profesor Damarjati Supadjar. "Garis imajiner itu sudah menjadi wacana lama," kata Damarjati kepada VIVAnews.com, Jumat 20 Oktober 2010.

Gunung Merapi terletak di perbatasan DIY dan Jawa Tengah, yang juga sebagai batas utara Yogyakarta. Disinilah garis lurus itu dimulai. Membujur ke arah selatan, terdapat Tugu Yogya. Tugu menjadi simbol 'manunggaling kawulo gusti' yang juga berarti bersatunya antara raja (golong) dan rakyat (gilig). Simbol ini juga dapat dilihat dari segi mistis yaitu persatuan antara khalik (Sang Pencipta) dan makhluk (ciptaan). Garis selanjutnya mengarah ke Keraton dan kemudian lurus ke selatan terdapat Panggung Krapyak.  Gedhong Panggung, demikian bangunan itu kini disebut,  merupakan podium batu bata setinggi 4 meter, lebar 5 meter, dan panjang 6 meter. Tebal dindingnya mencapai 1 meter.  Bangunan di sebelah selatan Keraton ini menjadi batas selatan kota tua Yogyakarta. Titik terakhir dari garis imajiner itu adalah Pantai Parang Kusumo, di Laut Selatan dengan mitos Nyi Roro Kidul-nya. Seperti Merapi, pada titik ini juga ada juru kuncinya, yaitu RP Suraksotarwono.

Keseimbangan horizontal dilambangkan oleh Laut Selatan yang mencerminkan hubungan manusia dengan manusia. Sedangkan Gunung Merapi melambangkan sisi horizontal yang mencerminkan hubungan antara manusia dengan Yang Maha Kuasa. Filosofi garis lurus imajiner dari Merapi hingga Laut  Selatan ini sarat kearifan lokal. Damarjati menyarankan pemimpin di negeri ini harus peka terhadap peristiwa letusan Merapi yang menewaskan sang juru kunci. Menurut dia,  magma dalam gunung Merapi itu tidak boleh tersumbat untuk memuntahkan laharnya. Karena kalau tersumbat, dan terlambat, maka akan mengakibatkan letusan yang luar biasa. "Seperti kalau suara rakyat tersumbat, maka akan terjadi revolusi sosial.”