Transformasi Digital KAI Access mudahkan pelanggan
- jogja.viva.co.id/ Fuska SE
VIVA Jogja – Mungkin bukan barang baru, namun sebagian besar pengguna moda transportasi darat Kereta Api pun belum famiar dengan produk digital yang dikeluarkan PT Kereta Api Indonesia (Persero) yakni aplikasi KAI Access.
Aplikasi ini diciptakan, seiring dengan keterbatasan kontak sosial di era pandemi Covid-19 atau tahun 2019 silam, dan menjadi solusi digital yang memudahkan penumpang dalam berbagai aspek perjalanan kereta api.
Melalui aplikasi KAI Access, penumpang akan lebih mudah memesan tiket kereta api secara online. Mulai dari kereta api jarak jauh hingga kereta lokal, semua bisa dipesan melalui aplikasi ini. Bahkan pemesanan tiket untuk enam kereta api lokal di Yogyakarta hanya dilayani melalui KAI Access.
KAI Access pun mendorong masyarakat menggunakan metode pembayaran digital, termasuk QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) yang memudahkan penumpang dalam melakukan transaksi tanpa perlu kontak fisik.
Bukan itu saja, KAI pun meluncurkan program loyalitas Railpoint. Penumpang dapat mengumpulkan poin dari setiap pembelian tiket dan menukarkannya dengan berbagai keuntungan, seperti diskon khusus dan layanan premium, dan aplikasi ini juga menyediakan informasi lengkap mengenai jadwal kereta, status perjalanan, dan notifikasi penting lainnya.
Aplikasi KAI Access merupakan langkah inovatif dari PT Kereta Api Indonesia untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dan efisien kepada penumpang. Dengan berbagai fitur unggulan dan kemudahan yang ditawarkan, aplikasi ini menjadi solusi digital yang sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Layanan digital itu hanya sebagian dari transformasi kereta api di Indonesia. KAI telah mengimplementasikan berbagai inisiatif untuk mendukung keberlanjutan lingkungan. Salah satu langkah penting adalah pengurangan emisi karbon melalui penggunaan kereta listrik dan peningkatan efisiensi energi, juga pengelolaan limbah dan penggunaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
Perubahan besar-besaran memang terjadi di era Ignasius Jonan saat menjabat sebagai Direktur Utama (Dirut) PT Kereta Api Indonesia (Persero) pada tahun 2009 sampai tahun 2014, dan perubahan itulah yang terus menjadi highlight perjalanan KA hingga kini dan kelak.
Seperti dipaparkan Manajer Humas KAI Daop 6 Yogyakarta Krisbiyantoro beberapa waktu lalu, kereta api dulunya dipandang sebagai angkutan umum kelas paling bawah. Saat ini, masyarakat penggunanya bisa menyaksikan sendiri, perubahan yang terjadi itu bukan hanya lips service, tapi implementatif di setiap sudut, hingga ke private room atau WC.
Menurut Kris, bisnis kereta api harus mengutamakan keselamatan. Dengan maintenance yang baik. Termasuk peningkatan SDM hingga perbaikan seluruh infrastruktur, termasuk penggunaan
bahan bakar yakni B40 yang kadarnya 40% dicampur organik atau bio. Sehingga ramah lingkungan dan mendukung zero emisi.
Keselamatan sebagai Prioritas Utama
Keselamatan penumpang selalu menjadi prioritas utama bagi KAI. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan standar keselamatan, termasuk perawatan rutin dan modernisasi infrastruktur yang mengadopsi teknologi canggih untuk memantau kondisi jalur dan kereta secara real-time, dengan teknologi digital.
KAI Daop VI menyediakan layanan informasi publik melalui E-PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) yang memudahkan akses informasi bagi Masyarakat. Bahkan keberadaan Komunitas Pramekers yang tetap eksis hingga kini, menjadi salah satu feedback, kepada manajemen KA dalam melayani kebutuhan penumpang.
Kelompok pengguna setia Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks) Yogyakarta-Solo=Kutoarjo ini tetap menjalin komunikasi meski Prameks telah digantikan oleh Kereta Rel Listrik (KRL) pada Februari 2021.
Komunitas Pramekers yang terbentuk pada tahun 2002 tersebut, dimulai dari interaksi para penumpang yang menjadi pelanggan tetap, baik tujuan maupun waktu. Sehingga dari kebersamaan itu muncul aktivitas untuk berkumpul, berangkat bersama hingga berbagi informasi, bahkan mereka membentuk grup-di platform media sosial seperti Facebook dan WhatsApp.
Mereka tidak sekedar berbagi cerita tetapi juga menjadi tempat untuk menyalurkan keluhan, tentang kereta api yang membawa mereka dan tantunya dengan kedudukan mereka dalam komunitas, akses informasi ke manajeman KA menjadi lebih mudah dan cepat, ketimbang keluhan yang disampaikan secara personal.
Namun bukan tanpa masalah, seperti disampaikan peneliti dari Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral UGM), Ir Ikaputra, masih banyak perlintasan sebidang yang belum terpasang rambu dan khsusu di wilayah Yogyakarta, dibutuhkan elevated atau jalur laying di jalur kereta api di Stasiun Tugu Yogyakarta. Termasuk penataan Stasiun Lempuyangan khususnya ruang parkir.
Dan upaya kampanye keselamatan penumpang yang terus dilakukan mencakup penyuluhan tentang cara aman menggunakan fasilitas kereta api.
Tentunnya, upaya dan komitmen keberlanjutan khususnya dalam keselamatan penumpang, harus terus ditingkatkan agar KAI mampu terus menjadi tulang punggung transportasi massal di Indonesia. *