Ibunda dr Aulia Risma Lestari : “Tolong Bantu Saya Mencari Keadilan..."

Nuzmatun Malinah, ibunda almarhumah dr. Aulia Risma Lestari
Sumber :
  • VIVA Jogja/ist

VIVA Jogja - "Anak saya sudah tidak ada. Anak saya seharusnya sekolah, mencari ilmu, tapi apa yang didapat? Seharusnya anak saya ada, masuk sekolah, mencari ilmu, tapi apa yang terjadi?"

Selamat! Tim Tenis Ika UNDIP Runner-up di Kejuaraan Antar Alumni Perguruan Tinggi se-Indonesia

Itulah pernyataan yang dilontarkan Nuzmatun Malinah, ibunda almarhumah dr. Aulia Risma Lestari, mantan mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip), pada Rabu (18/9) malam.

Nuzmatun Halimah akhirnya buka suara terkait kasus kematian anaknya. Dia menyatakan kekecewaannya terhadap perlakuan yang diterima oleh putrinya selama masa pendidikan.

PSDKU Undip Gelar Seminar Nasional Peningkatan Kapabilitas SDM di Daerah

"Awalnya dari Undip itu tidak mengaku, tapi setelah ke sini, mudah-mudahan sadar dan mengakui. Saya tidak hanya memohon, tapi bantulah saya," ungkap Nuzmatun dengan suara lirih penuh kepiluan.

Nuzmatun tidak hanya kehilangan putrinya, tetapi juga suaminya yang meninggal dunia karena syok mendengar kabar kematian sang putri tercinta.

Penataan Ulang Atraksi Wisata di DPSP Candi Borobudur, Sandiaga Uno: Terapkan Pariwisata Hijau

"Tidak hanya anak saya, suami saya juga. Jadi tolong bantu saya mencari keadilan. Tidak hanya satu nyawa, tapi suami saya yang seharusnya mendampingi saya," tuturnya.

"Tolong bantu saya untuk mencari keadilan, Allah, Ya Allah," ungkapnya penuh harap.

Nuzmatun juga menyebutkan adanya pengeluaran uang selama masa pendidikan PPDS.

"Uangnya untuk apa? Untuk kebutuhan angkatan dan lain-lain. Kalau yang besar itu di semester 1, tapi di semester selanjutnya tetap ada," ungkapnya.

Menurut Nuzmatun, semua aliran dana tersebut telah dilaporkan ke pihak berwajib.

"Terkait dengan kas angkatan itu memang kami sudah ada datanya. Sudah kami serahkan kepada Polda," jelasnya.

Ia juga menceritakan kondisi putrinya selama menempuh pendidikan.

"Almarhumah bercerita tentang keluhan, pertama tentang jam belajar, itu dari awal tahun 2022. Saya belajar itu jam 3 dini hari harus sudah ada di ruangan. Kemudian pulang jam 1 atau setengah 2," ujar Nuzmatun.

Rutinitas yang berat ini berujung pada kecelakaan yang menimpa dr. Aulia.

"Dia pulang dari RS jatuh, bulan Agustus 2022 karena saking ngantuknya dia nyetir motor jatuh ke selokan," ungkapnya.

Nuzmatun mengaku sudah menghadap Kaprodi untuk meminta perlakuan yang lebih manusiawi. Namun, jawaban yang diterima hanya bahwa itu untuk melatih mental.

"Saya sampaikan, apakah tidak ada cara lain?" katanya mempertanyakan.

Nuzmatun juga mengungkapkan bahwa putrinya mengalami tekanan mental karena perlakuan kasar yang diterima.

"Anak saya dididik dengan kata-kata kasar, suara yang meledak-ledak. Anak saya jadi ketakutan," ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa kasus ini harus menjadi pelajaran bagi semua pihak.

"Ini bahkan menjadi pelajaran bagi PPDS. Saya info hati-hati kalian, habis kalian kalau ini terbukti pidananya, maka dia tidak bisa lagi jadi dokter," tegas Nuzmatun.

Nuzmatun juga meminta kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Kesehatan untuk segera bertindak.

"Saya minta dikeluarkan suratnya supaya besok atau lusa bisa langsung lapor," tegasnya.