17 November Hari Orang Miskin Sedunia: Ini Hakikat Miskin dalam Ajaran Beberapa Agama

ilustrasi orang miskin
Sumber :
  • VIVA Jogja/getty images

Konsep sannyasa dalam ajaran Hindu adalah kehidupan sebagai seorang pertapa atau orang yang meninggalkan kehidupan duniawi untuk fokus pada pencapaian spiritual.

e-Conomy SEA 2024: Gross Merchandise Value Indonesia terbesar di Asia Tenggara

Dalam hal ini, miskin dalam hal materi bisa dipandang sebagai bentuk pengendalian diri dan penyerahan diri kepada Tuhan, memilih kehidupan yang sederhana untuk mendekatkan diri kepada kebenaran tertinggi.

Meskipun demikian, ajaran Hindu juga mengajarkan pentingnya keseimbangan antara kehidupan duniawi dan kehidupan spiritual.

BPOM Bengkulu Kunjungi SD Muhammadiyah 1 Solo Belajar Terkait PJAS

Seseorang tidak diharuskan untuk hidup dalam kemiskinan, tetapi harus memahami bahwa kekayaan materi bukanlah tujuan utama hidup, melainkan pencapaian spiritual dan kebajikan.

6. Konghucu

Dalam ajaran Konghucu (Konfusianisme), miskin atau kemiskinan tidak dianggap sebagai suatu dosa atau kesalahan moral, namun ia sering kali dikaitkan dengan kesulitan atau kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Relawan Jaga Suara Pemalang Gelar Umbul Donga untuk Andika - Hendi di Pilgub Jateng 2024

Konfusianisme menekankan pentingnya keseimbangan, harmoni sosial, dan pemeliharaan moralitas dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat.

Konghucu sendiri mengajarkan bahwa kehidupan yang baik adalah kehidupan yang penuh dengan kebajikan, seperti kebaikan hati (ren), ketulusan, kehormatan, dan keadilan.

Dalam konteks ini, kemiskinan bisa jadi merupakan ujian atau tantangan yang mempengaruhi seseorang dalam menjalani kehidupan moralnya.

Dalam ajaran Konfusianisme, seseorang yang miskin tetap harus berusaha untuk menjalani hidup dengan kesopanan, kehormatan, dan integritas. Terkait dengan keluarga, Konghucu juga mengajarkan pentingnya menjaga keharmonisan dalam keluarga sebagai salah satu pilar utama dalam kehidupan yang benar.

Seorang anak yang miskin atau berasal dari keluarga miskin tetap harus menunjukkan rasa hormat dan bakti kepada orang tua (filial piety atau xiao). Namun, Konfusianisme juga mengajarkan para pemimpin (terutama penguasa) untuk memiliki tanggung jawab moral untuk memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, termasuk yang miskin.

Dalam pemikiran Konfusianisme, kesejahteraan rakyat merupakan salah satu ukuran keberhasilan pemerintahan yang baik. Pemerintah yang bijak harus berupaya mengurangi kemiskinan dan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Secara keseluruhan, meskipun kemiskinan bukanlah sesuatu yang diinginkan, ajaran Konghucu lebih menekankan pada cara seseorang menghadapinya dengan moralitas dan kebajikan.