Menghidupkan Kembali Kethek Raksasa: Ketika Seni, Literatur, dan Teknologi Saling Bersanding

Acara Dialog Budaya bertajuk "Gendhu-Gendhu Rasa Kethek Raksasa" .
Sumber :
  • Viva Jogja

Salah satu pembicara kunci dalam dialog budaya ini adalah Kepala Pusat Riset Arkeometri BRIN, Dr. Sofwan Noerwidi, yang memberikan paparan mendalam tentang penemuan penting fosil Gigantopithecus di Indonesia. 

Datangi Pasar Krempyeng, Cabup Batang Fallas Dengar Keluhan Petani Soal Harga Sayur

Menurut Dr. Sofwan, fosil Gigantopithecus yang ditemukan di Situs Semedo merupakan temuan pertama dan satu-satunya di Indonesia hingga saat ini, menjadikannya sebuah penemuan yang sangat berharga. 

"Ini adalah penemuan pertama Gigantopithecus di kawasan tropis. Sebelumnya, spesimen Gigantopithecus hanya ditemukan di China Selatan dan Vietnam Utara, serta satu spesimen di Pakistan Utara," jelasnya.

Aksi Warga di Munggur Segel Kantor Desa gegara Tuntut Tuntaskan Dugaan Pungli Belum Terpenuhi

Fosil yang ditemukan di Semedo ini berupa mandibula atau rahang besar, serta gigi-geligi yang sangat besar. 

"Dua spesimen mandibula yang ditemukan di Semedo berasal dari dua individu yang berbeda dan setelah dianalisis lebih lanjut, keduanya dikonfirmasi sebagai milik primata besar Gigantopithecus," terang Dr. Sofwan.

Simak, Begini Cara Membuat Suara Google Jadi Nada Dering

Menurut data arkeologi, Gigantopithecus hidup antara periode Miosen Akhir hingga Pleistosen Tengah, dengan salah satu spesiesnya, Gigantopithecus Bilaspurensis, berusia sekitar 7,5 juta tahun. 

Fakta ini memberikan gambaran betapa purbanya makhluk ini dan menjadikannya salah satu kera terbesar yang pernah hidup di muka bumi.

Halaman Selanjutnya
img_title