Film “Singsot” Siulan Kematian siap tayang mulai 13 Maret
- jogja.viva.co.id/ Fuska SE
YOGYAKARTA, VIVA Jogja – Film bergenre horor “Singsot” Siulan Kematian segera bisa dinikmati di bioskop mulai 13 Maret mendatang. Film yang berangkat dari film pendek berdurasi 14 menit ini, secara khusus mengangkat folklore tanah Jawa tentang pantangan yang diterapkan dalam sebuah masyarakat yakni bersiul (Singsot) paska matahari terbenam.
Karya film panjang perdana dari sutradara Wahyu Agung Prasetyo ini mengambil setting di Yogyakarta, termasuk melibatkan beberapa pemain dari Yogyakarta.
Pada versi pendek, Film ini telah meraih penghargaan film terbaik Fiagra Horor Film Festival 2016, Film horor terbaik Taman Film Festival Bandung 2017, Jury Prize Taman Film Festival Bandung 2917, dan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2017
Film ini mengisahkan tentang pantangan yang dilanggar dibalut kisah pesugihan yang dilakukan sepasang suami-istri (Agus Pete-Wiwik) yang diperankan Jamaludin Latif dan Siti Fauziah.
Begitu film ini dimulai, ketegangan langsung terasa. Agus Pete tampak lumpuh, tanpa jiwa setelah ia menangkap seekor burung di sebuah hutan wingit. Kelompok anak-anak pemburu layangan putus sempat ingin memasuki Kawasan tersebut dan seorang bocah Bernama Ipung yang berhasrat pun mengurungkan diri untuk mememasuki Kawasan wingit tersebut.
Sekembalinya ke rumah, Ipung yang tinggal Bersama kakek (diperankan Landung Simatupang) -neneknya, langsung bermain dengan pertutut milik kakeknya sambil bersiul-siul.
Sang nenek pun sudah mengingatkan bahwa bersiul di waktu lepas senja tidak diperbolehkan, karena akan mengundang mahluk-mahluk gaib. Namun peringatan sang nenek tak diindahkan Ipung.
Kisah kemudian bergulir, siulan Ipung berujung kematian salah seorang warga, terror mental pada Ipung dan neneknya. Sang Kakek tidak tinggal diam. Bersama tokoh paranormal setempat, sang kakek berusaha menyudahi kutukan pada cucunya yang berakhir pada korban jiwa lagi yakni istri Agus Pete.
Sang sutradara, Wahyu Agung Prasetyo menyebut bahwa film ini menjadi awal baginya menggarap film panjang, dan setelah sukses menggarap “Singsot” ia merasa tertantang pada proyek lainnya.
Wahyu memaparkan, bahwa film “Singsot” terispirasi dari pengalamannya akan mitos-mitos yang tumbuh di lingkungannya yakni tanah Jawa. Dia juga sempat merasakan peringatan untuk tidak bersiul pada petang hari, serta dampak-dampaknya.
Dalam Gala Premiere yang dilakukan Jumat (07/03/2025) di Lippo Plaza Yogyakarta, Wahyu menyampaikan bahwa film yang ia garapnya tidak sekedar menyajikan hiburan, tetapi juga mengandung pesan budaya hingga moral.
Diproduksi oleh Clock Work Films dan Ravacana Films, “Singsot”: Siulan Kematian menyajikan visual yang eksotik, identik dengan habitus masyarakat Jawa yang kental akan ajaran dan kekerabatan. Kesan horor yang mencekam berbalut penampilan mengerikan dari mahluk-makluk gaib pun menambah kesan mendalam. Film ini bukan saja berbicara tentang kepercayaan dan adat yang dilanggar, tetapi juga menyelipkan sebuah pesan akan tabiat manusia yang tidak pernah merasa cukup hingga menghalalkan berbagai cara untuk meraih harta secara instan.