Sidowarno, Desa Ikonik Wayang yang Mendunia
- VIVA Jogja/Kemenparekraf RI
“Setelah pulang dari Jakarta masih mengikuti Lomba KBA Inovasi lolos sebagai Juara 3 kategori Kriya Budaya tingkat nasional,” ujar pria bernama asli Sunardi ini.
Ilmu menatah wayang pun diturunkan kepada anak-anak di desa ini. Puluhan anak-anak dilatih natah wayang, yaitu tatah sungging dan pendidikan menari setiap hari Kamis.
“Sedangkan untuk anak PAUD dan TK kita berikan edukasi menggambar wayang. Tujuannya agar budaya wayang tidak punah dan untuk menanamkan kepada anak untuk mencintai budayanya sendiri, sekaligus mengurangi anak bermain HP,” ungkap Baron, yang juga menjabat Koordinator Desa Wisata Sidowarno.
Mengapa memilih ciri khas kulit kerbau? Kata Baron, kulit kerbau sengaja dipilih karena memiliki daya tahan yang cukup baik terhadap panas dan dingin. Bahan baku kulit kerbau ini didatangkan dari NTT dan Toraja Sulawesi.
Produksi wayang Sidowarno yang berkualitas baik rupanya menaruh minat sejumlah dalang terkenal. Terutama dalang dari Jawa Timur, seperti dari Ponorogo, Nganjuk, Jombang, Mojokerto, Gresik, Jember, Banyuwangi. Termasuk dalang kondang Manteb Sudarsono, Anom Suroto dan Bayu Adji.
“Harga satu set wayang dengan jumlah minimal 170 anak wayang cukup variatif. Tergantung dari bahan pewarnaannya. Seperti pewarnaan yang menggunakan broom baru Rp150 juta hingga Rp200 juta. Sedangkan yang menggunakan pewarnaan emas harganya bisa mencapai hampir Rp1 miliar,” jelas Baron.