Pilkada Sleman 2024: Komitmen Harda-Danang sejahterakan Guru Non ASN dan Petani
- jogja.viva.co.id/ Cahyo PE
Jogja, VIVA Jogja - Komunitas Guru Madrasah Swasta Kabupaten Sleman (KGMSS) menyatakan dukungan untuk pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Sleman nomor urut 2, Harda Kiswaya dan Danang Maharsa, dalam Pilkada 2024. Deklarasi dukungan ini digelar di Resto and Coffe Omah Daren di Padukuhan Daren Kidul, Donokerto, Turi, pada Sabtu 9 November 2024 lalu.
Inisiator deklarasi ini, Agustin Tri Utami menjelaskan bahwa dukungan diberikan karena Harda Kiswaya dikenal memiliki perhatian khusus terhadap kesejahteraan guru non-ASN (Aparatur Sipil Negara) di lingkungan Kementerian Agama.
“Kami memutuskan mendukung Harda-Danang karena Pak Harda sudah lama menunjukkan komitmen untuk memperjuangkan kesejahteraan guru non-ASN,” ujar Agustin.
Agustin menilai selama menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Sleman, Harda telah berupaya agar guru-guru non-ASN di bawah Kementerian Agama mendapatkan insentif dari APBD Sleman, seperti halnya guru-guru di bawah Dinas Pendidikan.
"Kami berharap Pak Harda bisa melanjutkan perjuangannya ini jika terpilih," ungkap Agustin.
Agustin menuturkan sebelumnya mereka pernah mengusulkan insentif ini kepada pemerintah daerah. Namun, menurut bupati saat itu, tidak ada regulasi yang memungkinkan pemberian insentif untuk guru di bawah Kementerian Agama.
“Padahal di Bantul, yang notabene tetangga Sleman, kebijakan ini sudah berjalan,” jelas Agustin.
Komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan guru non-ASN juga ditegaskan oleh Calon Wakil Bupati Sleman nomor urut 2 Danang Maharsa. Dalam debat publik, Danang menyampaikan keinginannya agar gaji guru honorer di Sleman bisa setara dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK).
"Paling tidak, gaji guru honorer di Sleman harus setara dengan UMK yang berlaku," ujar Danang.
Dukungan dari KGMSS diharapkan dapat memperkuat posisi Harda-Danang dalam upaya meningkatkan kesejahteraan guru di Sleman, khususnya guru non-ASN di madrasah swasta, demi pendidikan yang lebih baik di Kabupaten Sleman.
Wakil Ketua Tim Relawan Gotong Royong, Boediharjo mengapresiasi sekaligus menyampaikan terima kasih kepada para guru madrasah yang tergabung dalam Komunitas Guru Madrasah Swasta Kabupaten Sleman (KGMSS) telah menyatakan dukungan kepada paslon 02 Harda Danang.
Baginya, dukungan ini akan semakin menambah semangat para relawan terus bergerak di tengah masyarakat.
"Aspirasi bapak ibu guru madrasah akan kami sampaikan kep Pak Harda. Dan Insya Allah bila nanti Pak Harda dan Pak Danang dipercaya masyarakat Sleman, aspirasi bapak ibu guru madrasah akan diakomodir untuk kepentingan Kabupaten Sleman lebih baik," tutup Boediharjo.
Majukan Pertanian
Selain mendapat dukungan dari para guru, Harda Kiswaya dan Danang Maharsa, bertemu dengan perwakilan petani dan elemen masyarakat dari 17 kapanewon di Sleman dalam acara di Resto Puri Mataram, Tridadi, Sleman, Kamis 14 November 2024 sore.
Harda dan Danang dalam pertemuan ini mendengarkan aspirasi dari para petani, termasuk masalah yang disampaikan. Permasalahan ini diantaranya soal perkebunan salak di Kabupaten Sleman.
Petani salak pondoh asal Bangunkerto, Turi Aspiyan mengeluhkan harga salak pondoh yang sangat rendah selama beberapa tahun terakhir. Rendahnya harga salak pondoh ini membuat para petani salak menjadi kerepotan.
"Selama lima hingga sepuluh tahun terakhir, harga salak saat panen raya hanya mencapai Rp1.000," kata Aspiyan.
Tak hanya masalah harga salak, Aspiyan juga menyoroti penurunan produktivitas tanaman salak di wilayah Turi yang sudah berumur. Aspiyan berharap ke depan, ada rest area untuk memasarkan salak pondoh dan produk UMKM lokal di Turi.
"Rest area di Bangunkerto terkendala perizinan karena lahan yang digunakan adalah Tanah Kasultanan. Kami berharap bantuan untuk mengurus izin ini," pinta Aspiyan.
Menanggapi hal tersebut, Harda Kiswaya berjanji akan berkoordinasi dengan Pemprov DIY untuk membantu proses perizinan rest area tersebut.
"Jika kami dipercaya memimpin, kami akan berkoordinasi dengan Pemprov DIY dan berharap juga bisa mendapatkan dukungan pendanaan untuk mempercepat perekonomian di Turi," ujar Harda.
Sedangan calon Wakil Bupati, Danang Maharsa, menambahkan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan petani salak di Turi, diperlukan peremajaan pohon salak, mengingat sebagian besar pohon yang ada saat ini sudah berusia lebih dari 20 tahun.
"Produktivitas salak di Turi kalah dibanding daerah lain yang pohonnya lebih muda. Peremajaan ini memerlukan waktu sekitar lima tahun sebelum bisa dipanen," jelas Danang.
Sebagai solusi, Danang berencana melanjutkan program cangkok induk tanaman salak yang pernah dijalankan saat ia menjabat sebagai Wakil Bupati bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY.
Di sisi lain, Ketua Petani Milenial Sumberharjo, Prambanan, Yanto Jepang, menyampaikan harapannya agar paslon Harda-Danang membantu menyediakan alat-alat pertanian modern serta pendampingan metode pertanian modern.
"Tolong dibantu, Pak. Kami adalah petani milenial tetapi masih memakai alat tradisional," kata Yanto.
Harda menanggapi dengan menyatakan bahwa ia akan melibatkan akademisi untuk memastikan bantuan yang diberikan sesuai kebutuhan para petani. "Kami perlu berkonsultasi dengan akademisi sebagai stakeholder agar bantuan yang diberikan tepat guna," ujar mantan Sekda Sleman tersebut.
Koordinator Relawan Bolone Pakne sekaligus penyelenggara diskusi, Muhammad Abdul Khaq, menyampaikan bahwa Sleman membutuhkan perubahan untuk menjadi lebih baik. Ia optimis bahwa Harda dan Danang mampu melakukan hal tersebut.
"Kami percaya Pak Harda dan Mas Danang bisa membawa perubahan itu. Kami mendukung mereka berdua," ucap Abdul.
Abdul berharap paslon nomor urut 02 Harda Kiswaya dan Danang Maharsa yang diusung Koalisi Sleman Baru (KSB) ini mampu menunjukkan perhatian lebih pada petani dan mengembalikan kejayaan salak pondoh sebagai ikon Sleman.
"Kami berharap pemimpin Sleman yang baru lebih pro kepada petani dan membangkitkan kembali kejayaan salak pondoh," tutup Abdul. (*)